07 April 2024

Kenang, Kenanglah Aku

April 07, 2024 0
Akan kudengani kau dalam lubang
Malam datang, kau mengambang
Kau tinggalkan kesenangan
Kau tinggalkan taulan

Kau dengar nyanyianku menggelegar
Menggetar dinding tanah yang segar
Kemudian kau sadar, sadar
Di mataku, kau tak pernah pudar

Akulah inti paling sejati
Yang sentiasa tinggal dalam hati
Merangkul gelak gembira
Memapah pupus derita

Udara dingin, malam begitu asing
Kau tangkap nada paling bening
Hus! Pergilah ular bertaring
Hus! Enyahlah kalajengking

Ialah kidung kekasih
Menyisir ruang makammu
Dibawakannya arabika dan cangkirnya
Dibawakannya ubi dan bara

Fajar terbit di kepala
Ada yang menyala-nyala
Ialah lolong di udara
Ialah derap huru-hara
Lihatlah, butiran zaman
Diobrak-abrik oleh peradaban yang sakau
Oleh genderang perang, oleh ramai pemberontakan

Arwah-arwah gentayangan
Menutup telinga dan mata dengan kain kafan
Untuk apa mereka mendengar, untuk apa menyaksikan?
Sedang sangkakala belum lagi berkumandang

Nah, aku menjelma
Akankah kau memawas diri
Sementara huru-hara di mana-mana
Sementara gundah-gulana menghujani

Jangan berpaling
Tatap aku dengan bening
Resapi keindahanku
Buang khayalan masa lalu

Jangan terlena
Meski aku beraga nusia
Ruh adalah makna paling murni
Meski dibungkus berlapis-lapis goni
Cahayanya teguh bersinar
Terang berpendar-pendar

Tabuh genderang, iringi senandung peradaban
Hari ini adalah masa depan
Di mana para pemuda melangkah dengan gagah
Pada jalan setapak yang megah

Sungguh, segala yang hanya menuju pada Yang Maha Kekal
Sedang banyak persimpangan mengarah pada gudang beras
Sedang banyak jalan tikus menuju brankas dan peti emas
Akan terbang, mengangkangi gelapnya palung sesal

Diam, tutup mulutmu dari bualan
Kau akan menyala, benderang
Seperti seorang guru dari Iran
Seperti kartika kejayaan
Teranglah, terang
Seolah bumi dalam pangkuan

Malang/Kendal, April 2024

Disadur dari 'Remember Me' karya Jalaluddin Rumi, terjemahan Jonathan Star


02 April 2024

Hilang Harap

April 02, 2024 0
Demi jiwamu,
Aku gelak lagi
Terjebak dalam ruhmu, segala terjerat, kupegat,
Demi jiwamu
Bagai nirwana, bagai candra, bagai dian di lembah caya
akulah segala jawab, segala cinta, segala nyawa
Demi jiwamu
Jayaku dalam gerakmu, dimabuk aku oleh tuakmu
Sembarang kau memandang, ke sana aku datang     
Demi jiwamu
Aku mengigau, omong kosong sembarang
Seperti yang biasa didengar di zaman edan
Hingga tiada terbedakan kopi dan cawan

Demi jiwamu
Akulah si gila dalam pasungan, jeratan graha
Ha! si gila, seperti Sulaiman yang kekang asura
Kusibak segala rasa segala apa,
Yang diam-diam bertamu dalam dada
Kecuali cinta
Datanglah, kau yang bertualang
Karena puncak perjalanan adalah pulang
Demi jiwaku, itu bukanlah kau
Demi jiwamu, itu bukanlah aku

Demi jiwamu, hai para penyangsi
Jangan kau pendam kesangsian dalam ruhmu
Sebab akan aku nyanyikan rahasia takdirmu
Demi jiwamu
Takzim aku, duhai Syams
Aku yang terjaga ketika malam jelang
Serupa bianglala berderak
Aku hilang harap

Malang, Desember 2023

Disadur dari puisi Confused and Distraught karya Jalaluddin Rumi, terjemahan A. J. Arberry

31 Maret 2024

Telanjang

Maret 31, 2024 0
Aku yang telanjang
Yang keluar lewat jalan sempit para puan
Setelah satu setengah musim dalam kegelapan
Kusongsong dunia, terang-terang, benderang

Aku yang telanjang
Kubasuh kepala, tangan, kaki, sekujur badan
Busa-busa bergerombol, cela-noda digugurkan
Air mengalir basah diri, aku cemerlang

Aku hampir telanjang
Kutemui penghambat di ujung selang
Di sana, di ujung saluran limbah pembuangan
Kutebas ia, bagai padi-padi yang matang

Ingin aku telanjang
Berangan-angan, menunggu ia datang
Sementara kami buat kesepakatan, satu tujuan
Lalu mengambang, dua manusia dilarut riang

Aku juga telanjang
Bilamana kepak sayap yang dinanti lah datang
Busana, kata-kata, dan ia ditinggalkan
Sendirian, aku berbaring dalam liang

Kita pasti telanjang
Berkumpul pada bumi lapang, dan surya sekilan
Menunggu, satu-satu kita diputuskan
Bagaimana jika bukan tangan kanan yang menjemput catatan

Kedung Kandang, 31 Maret 2024

23 Maret 2024

Benalu

Maret 23, 2024 0

Rupanya akulah benalu
Meracuni bunga-bunga di matamu
Untuk apa ada aku
Kalau kita lain pintu

Rupanya akulah benalu
Merongrong tembok-tembok kamarmu
Sepi, sepi, kita bersendiri
Aku peruntuh hari-hari

Rupanya akulah benalu
Hantu di kebunmu
Kuselami jengkal demi jengkal kesangsian
Kau jauhi inci demi inci kesenangan

Rupanya akulah benalu
Perusak mimpi-mimpi itu
Perampok pundi-pundimu
Untuk apa ada aku
Sungguh, untuk apa ada aku?

Malang, 23 Maret 2024
Sumber gambar: freepik.com
Toko Buku LNTRA
Hak Cipta Isi © Amry Rasyadany. Diberdayakan oleh Blogger.