Tampilkan postingan dengan label Catatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Catatan. Tampilkan semua postingan

10 Januari 2024

Hai Kids, this is Your Dad

Januari 10, 2024 0



Hai kids, this is your dad
Kata-kata ini ditulis di pembuka tahun 2024 di tanah kelahiran
Mbak Rayya jelang dua tahun, sedang lucu-lucunya, bertanya nama perihal segala
Ayah kalian baru sebulan menginjak umur 32 tahun
Bukan angka yang muda lagi
Sementara lelaki ini masih tetap seorang penganggur
Tidak kerja, tidak punya usaha apa
Tak punya tabungan, tak berpegangan
Lagi tiada berwarisan, tiada berpeninggalan
Kepunyaanku adalah ruang yang dipenuhi kekosongan

Aku bersarjana pula, tapi rasanya percuma
Padahal Bapak-Ibu susah payah membayar semua
Pernah aku jadi pegawai, tapi entah, mengapa pula kutinggalkan pula
Sesekali kupikir, mungkin ini jalannya, agar isi kepalaku tak dipenjara
Tapi kadang juga kutanya, lantas mau diapakan waktu yang terus-menerus berjalan
Isi kepalaku malah berkelana ke samudera, tiada tujuan

Kata-kata ini penuh dengan kekhawatiran, soal kalian, dan bunda kalian
Sepanjang apakah kita dilindung tabah?
Sungguhpun kuharapkan hari depan kita semua cerlang gemilang
Tapi tiap langkah kutapaki dengan terompah kesangsian
Akan sampai kapan?

Karena itu, kuminta banyak maaf
Selagi aku ingat dan sempat
Ada banyak bahan pikiran yang meresahkan
Padahal kalian, anak-anak, jelaslah kebahagiaan
Sungguh,
Kumohon maafkan..

Tanjung Redeb, Januari 2024


18 Oktober 2018

08 Oktober 2018

Kesangsian

Oktober 08, 2018 0

Na, semakin kubenci sendiri
Masih soal sama, guna diri
Aku bukan kanak lagi
Sedang tanya tentang tugas di duni terus menghantui

Karena memang tak ada yang seratus persen aku
Kau sendiri bilang begitu
Segala setengah-setengah pula kuselami
Sastra, seni, apa saja tak ada aku seutuhnya

Lalu untuk apa aku ini?
Sedang untuk makan sendiriku saja aku tak bisa
Tak guna
Lebih-lebih di mereka
Harusnya memang usahlah berkabar, berkoar
Biar sendiri dilucuti sepi aku ini
Jika berbaur pun hanya akan membunuh aku
Jadi jawabnya aku tunggu atau cari?
Tunggu sampai bila?
Cari sampai mana?

Alam menagih-nagih tak tau diri
Menerobos langsung ke kepalaku
Meneror malam-malamku
Aku ingin satu saja yang sungguh-sungguh aku
Jika saja bisa dan manusia menerima

Jakarta, 8 Oktober 2018
Lihat naskah asli

18 September 2018

Catatan 180918

September 18, 2018 0

     Aku kembali goyah. Bimbang pula seperti keadaanku sebelumnya. Benarkah sastra adalah jiwaku? Jika benar, apa buktinya? Jika bukan, mengapa tenggelam aku dalamnya? 
     Hari ini datang kabar dari GPU, hal tes jadi editor sastra tempo hari. Ada beberapa hal dariku yang belum sesuai klasifikasi, katanya. Memang benar jua kupikir, aku tak tahu-menahu soal sastra. Mana bisa pula jadi editor sastra. Tapi kau tau sendiri, aku ini tubuh tanpa jiwa jika tak kau pautkan pula dengan sastra.
     Meski sastraku pun tak ada jua wujudnya. Maka bersiaplah aku untuk lebih baik lagi sebagai tukang edit gambar. Pegal leherku, perih mataku, keram jari-jariku, nyeri punggungku. Itu yang akan kutanggung per hari, entah sampai kapan.
     Asaku sungguh sedang patah-patahnya. Sebagai hamba, jangan pula aku sampai lepas harap. Jadi tetap akan kulalui sakit itu. Biar segala gundah di hati dan koaong di jiwa.
    Malu aku bersastra lagi, berseni lagi. Tapi tanpa perihal itu, menjelma mayat hidup pula aku 

Meruya, 18 September 2018

13 September 2018

Catatan 130918

September 13, 2018 0
  

 Cahaya,
   Telah berapa bulan aku henti berkesenian. Ada kurasa salah pada jalanku yang panjang. Kukira seni mampu menghidupiku, menjadikanku yang sesungguhnya aku. Tapi mungkin sungguhnya bukan begitu.
   Tau sendiri kau, seni macam apa yang aku piawai melakukannya? Musikku sekedar bunyi-bunyian ngawur saja. Gambarku cuma coret-coret tak tentu makna. Puisiku tak lebih dari rayu dan curahan picisan. Seni yang mana yang sungguh-sungguh aki?
   Sungguh. Aku berhenti bermusik, menggambar, dan berkata-kata. Lantas kau tau? Berbalas jua, ada kudapat panggilan kerja. Nah, mengapa tak sekalian saja sejak dulu kutinggalkan seni tak mutu itu.
   Maka berangkatlah aku ke Jakarta. Berat rasanya. Bukan karena Semarang telah menjadi tempat untuk pulang. Tapi Semarang punya banyak kenangan. Juga barang-barang rongsok koleksiku yang terpaksa harus dibuang. 
   Seminggu aku di Ibu Kota, tidurku tak nyaman. Maka pulanglah aku ke Semarang, bertemu kawan. Tertinggal pula kunci kamar di Jakarta, semacam teguran. Harusnya siang itu tak kuangkat kaki dari DKI.
   Dua malam di Semarang aku menumpang di kamar kawan, bertemu aku dengan Na. Berdua kami lampiaskan rindu. Kulepas pula rinduku pada panggung pertunjukkan. Meski sungguh telah kuputuskan berhenti, aku haus demi berseni lagi. 
   Minggu malam kulampiadkan musik dan puisi di Taman Budaya Raden Saleh. Sekaligus berpamitan aku pada kawan. Lepas itu aku akan pergi, entah kapan bisa berproses lagi.
   Aku memang telah bilang bahwa aku berhenti berkesenian. Tapi rindu tak kuasa kulawan. Di Semarang pula aku rasa sangat dirindukan. Yang membuat terharu, si Oyen Suketty yang kala itu tidur lekat-lekat denganku.  Bertahun kami bersama tak pernah ia semacam itu. Mungkin jika bisa menangis, menangis lah dia mengiring perginya aku.
  Tapi hidup terus jalan.  Bertolak lagi aku ke Jakarta dengan tak tau kapan lagi berjumpa pada rindu-rindu itu. Di Jakarta pun aku coba tak berkesenian. Meski lantas aku ke Cikini, agar bisa sedikit kurasa atmosfir kreatifitas orang-orang di sana. Kunikmati mereka yang sedang bersamrah, menari, dan berlatih teater.
   Hampir pun tiap malam kutilis bait-bait yang tentu hanya curahan tak berkepentingan. Juga gambar-gambar yang mesti tak ada artinya. Perlahan seni kembali datang. Kali ini dengan penuh sadar bahwa aku sama sekali tak mampu berkesenian.
   Diam-diam ada ketakutan dalam dadaku. Jika benar seni adalah penghalang, aku takut Jakarta hanyalah kesia-siaan. Tapi kuyakinkan padamu, kau akan temui aku dalam kekosongan jika seutuhnya dunia seni itu kitinggalkan.
   Lantas diaku harus apa? Di dalam kotak tembok daerah Meruya, Jakarta Barat, ada jiwa yang hampa agar bisa kerja dan mendewasa. Atau pemuda terlantar tak punya apa-apa kecuali sobekan kertas yang tak ada artinya.
   Cahaya, aku digerogoti resah. Lebih ganas dari rindu. Sedang aku hamba sahaya, tak bisa buat apa-apa.

Meruya, Jakarta Barat, 13 September 2018

18 Maret 2018

30 Agustus 2016

Skripsi itu Puisi

Agustus 30, 2016 0


Pasal 1:

 Skripsi itu puisi
Penulisannya ada yang spontan
Ada juga yang melalui perenungan
Aku menulis puisi dengan perenungan
Tapi terkadang aku lupa dengan apa yang sedang aku renungkan

Pasal 2:

Skripsi itu puisi
Ada yang dikerjakan sendiri
Ada yang dikerjakan tukang fotokopi
Puisiku terkadang sukar dipahami
Karena puisi tak ditulis oleh tukang fotokopi

Pasal 3:

Skripsi itu puisi
Harus menggunakan pilihan kata yang tepat
Agar tak salah arti
Puisiku sering salah arti
Karena salah arti terkadang merupakan pilihan kata yang tepat

Pasal 4:

Skripsi itu puisi
Ada yang menulis dalam sepi
Ada juga yang menulis di suasana penuh bunyi
Aku lebih suka menulis puisi dalam sepi
Tidur pun akan lebih nyenyak jika dalam sepi

Pasal 5:

Skripsi itu puisi
Selamanya tidak akan pernah ada profesi sebagai tukang tulis puisi
Meski sebenarnya ada saja

Pasal 6:

Skripsi itu puisi
Isinya merupakan perpaduan sempurna antara keindahan dan kebergunaan
Dulce et utile
Meski beberapa orang lebih mementingkan kebergunaan puisi ketimbang keindahannya

Pasal 7:

Skripsi itu puisi
Menulisnya tidak cukup berbekal kepiawaian merangkai kata
Perlu pengalaman, kecerdasan, juga ketulusan untuk menulisnya
Namun beberapa orang yang sekedar piawai merangkai kata-kata sudah dibilang pintar berpuisi

Pasal 8:

Skripsi itu puisi
Mengeluarkan biaya sebelumnya
Menghasilkan biaya sesudahnya
Ada yang biaya sebelumnya lebih besar dari pada biaya sesudahnya
Tapi ada pula sebaliknya

Pasal 9:

Skripsi itu puisi
Ada yang bersungguh-sungguh menulis puisi
Ada pula yang setengah hati
Aku pernh melakukan keduanya dalm menulis puisi

Pasal 10:

Skripsi itu puisi
Ada yang menulis puisi untuk uang
Ada yang mencari uang untuk puisi
Sedang aku masih tidak tahu
Apa hubungan antara puisi dan uang

Pasal 11:

Skripsi itu puisi
Terkadang mutunya terletak pada pembaca
Bukan pada isi tulisannya
Pernahkah kau membaca puisi yang tidak bermutu?
Atau pernahkah kau menjadi tidak bermutu saat membaca puisi tertentu?

Pasal 12:

Skripsi itu puisi
Ada lomba tulis puisi
Tentu ada pula lomba tulis skripsi
Bagiku, lomba semacam itu tak boleh ada pemenang
Meski demikian
Tetap harus ada pemenang

Pasal 13:

Skripsi itu puisi
Dutulis untuk dibaca
Atau tidak dibaca oleh orang lain
Apa puisimu sudah pernah dibaca oleh orang lain?

Pasal 14:

Skripi itu puisi
Banyak produsennya
Sedikit konsumennya
Konsumen puisi kadang seorang produsen puisi
Produsen puisi kadang bukan konsumen puisi

Pasal 15:

Skripsi itu puisi
Menulis puisi
Secara sadar atau tidak
Akan mendapatkan pengaruh dari puisi sebelumnya

Pasal 16:

Skripsi itu puisi
Dalam penulisannya musti ada pengorbanan
Korban harta, waktu, tenaga, hingga kehormatan
Beberapa orang memang ada yang tidak merasa bahwa ia telah berkorban

Pasal 17:

Skripsi itu puisi
Keduanya sama-sama bisa memberi penghidupan
Juga bisa memberi kematian
Aku tidak merasa diberi kehidupan oleh puisi
Tapi aku merasa lebih hidup dengan puisi

Pasal 18:

Skripsi itu puisi
Ada yang hasil pemikiran
Ada pula yang hasil pembuangan
Sesekali cobalah cium naskah puisimu
Apakah baunya seperti rambut yang terbakar
Ataukah seperti kentut?

20 Maret 2012

Gengsi itu Penting - Catatan 200312

Maret 20, 2012 0
Pernahkah anda menyaksikan pos pembagian Raskin (beras untuk rakyat miskin) sepi tanpa ada seorang pun yang mengantri?? Saya pernah...
Pernahkah anda mengalami masa-masa di sebuah daerah harga BBM jenis premium mencapai 20.000 per liter tanpa ada satu pun ormas yang turun ke jalan untuk demo??  Saya pernah..
Lalu....
Pernahkah anda melihat seorang dokter dari Jakarta yang juga seorang pengusaha yang memiliki restoran di berbagai kota seperti Semarang dan Yogyakarta (sebut saja Pak Dokter) yang meminta ganti rugi kepada seorang mahasiswa (sebut saja Er) yang hanya makan nasi kucing tiap malam (lebay), sebesar 2.000.000 rupiah untuk mengganti biaya perbaikan mobilnya yang secara tidak sengaja (dan saya pastikan sangat tidak disengaja) tertabrak (bukan ditabrak) oleh Er dalam sebuah kecelakaan yang tidak dikehendaki (dan tidak direncanakan) oleh Er??? Saya pernah...

negeri kita adalah negeri yang kaya akan gengsi..  bahkan tingkat kegengsiannya lebih besar dibanding negara yang lain.. beli celana di Inggris, karena gengsi.  Belajar ke Amerika karena gengsi.  naik haji rame-rame karena gengsi..  sedekah banyak-banyak karena gengsi.  tapi ada juga yang gak mau ngantri raskin karena gengsi.. juga gak mau teriak-teriak minta harga bbm di turunkan karena gengsi...(lalu apa pak dokter tadi juga gengsi?).

gengsi itu apa sih? ada yang bilang harga diri, ada yang bilang martabat, ada yang bilang kehormatan.  toh kita sudah punya devinisi gengsi kita masing-masing di dalam otak kita. masalah positif negatf gengsi itu biar masing-masing dari kita saja yang menentukannya.. yang pasti gengsi yang mau saya bahas di sini adalah gengsi yang berarti sebuah tindakan yang dilakukan seseorang untuk mempertahankan kehormatan, harga diri, kewibawaan, martabat dan jati diri seseorang tersebut (Ini pendapat saya, bukan kutipan).  mengapa bisa ada rakyat miskin yang tidak mau mengantri raskin?? karna dia gengsi..  malu dong, ketahuan banget tuh kalo dia miskin.. kemiskinan bukan sesuatu yang pantas untuk dipamerkan ke orang banyak..  lalu kenapa nggak ada yang demo saat harga bbm malambung sebegitu tingginya?? ya karna gengsi juga,, malu sama yang lain,,malu karna takut di anggap nggak mampu beli bensin dan akhirnya dianggap miskin..  ingat? kemiskinan bukan sesuatu yang pantas untuk dipamerkan ke orang banyak..

terus kenapa Pak Dokter yang udah jadi dokter, jadi pengusaha pula (udah pasti dia nggak miskin) minta ganti rugi sebesar 2.000.000 rupiah kepada Er yang tiap malam makannya cuma nasi kucing (lebay lagi)??itulah Indonesia,, biasalah,,Indonesia kurang menjunjng budayanya sendiri,,termasuk budaya gengsi..  akhirnya budaya gengsi pun mulai memudar (tapi sepertinya budaya ini belum diklaim sama negara tetangga).. Pak Dokter itu kehilangan jiwa-jiwa gengsinya saat melihat sebuah motor honda supra X 125 berwarna hitam silver menabak mobilnya yang terparkir rapi di pinggir jalan.  sebenarnya motor itu tak mermaksud menabrak mobil Pak Dokter, termasuk juga sepengemudi motor, yaitu Er.  Er sama sekali tidak ingin menabrak mobilnya Pak Dokter yang sedang parkir,..  namun siapa sangka di jalanan menurun, mobil yang berada tepat di depan Er berhenti mendadak karena mobil yang ada di depannya ingin belok kanan.  karna Er belum siap untuk menginjak rem. akhirnya Er menabrak mobil di depannya, lalu terpental ke kiri dan menambrak mobil Pak Dokter yang terparkir d pinggir jalan.  (sekarang siapa yang mau bilang kalau Er sengaja menabrakkan motornya?????).  tapi mengapa Er yang disalahkan?? karena Er adalah orang yang paling muda di antara yang lain,,budaya kita mengatakan bahwa orang-orang tua itu gak boleh salah, gak bisa di salahkan dan di izinkan melakukan kesalahan, tapi mereka selalu benar.

Lalu mengapa Er terima saja?  karna Er menjunjung tinggi budaya gengsi.  Er berasal dari daerah yang rakyatnya gak pernah ngantri raskin dan gak pernah demo minta harga bbm turun..  akhirnya Er menyetujui akan mengganti rugi, meski gak tau mesti dapat uang dari mana, karna Er pengen buru-buru pulang untuk menikmati sakit di lututnya.

lucunya, Kok Pak Dokter ngotot minta diganti full? mintanya sama Er lagi, yang seorang mahasiswa.  selain jiwa kegengsian yang memudar, kedermawanan pun mulai luntur dan akhirnya keegoisan meraja lela menjunjung nilai ingin menang sendiri.  ah,,biar saja..seandainya Pak Dokter adalah orang yang dermawan, maka tulisan ini tidak akan pernah di tulis.

lalu siapa yang lebih punya gengsi? Pak Dokter kaya atau Er yang cuma mahasiswa? anda bisa menentukannya sendiri. seperti apa rasanya jadi orang kaya yang meminta uang ke pada orang miskin? Seperti apa rasanya menjadi orang miskin yang memberikan uang kepada orang kaya? yang pasti Pak Dokter kehilangan gengsinya karena dengan PDnya meminta ganti rugi kepada orang yang belum punya penghasilan..  dan Er pun kehilangan Gengsinya karena tak mampu mempertaankan kehormatannya dan ditindas oleh orang kaya..

setidaknya Er patut berbangga karena jarang-jarang lho ada mahasiswa yang ngasih duit 2.000.000 ke dokter sekaligus pengusaha.

kemiskinan bukan sesuatu yang pantas untuk dipamerkan ke orang banyak..

24 Desember 2011

kepada musik teropong

Desember 24, 2011 0
malam sunyi tanpa nada
satu kata, luka
segala caci lontar di hati ini
kepada kalian orang-orang yang tak pernah ada
          cuih...
          bangsat...
          bukan heboh harmoni jemari mu
          yang membuat peluh kami bernyawa
          tanpa sekadar menunggu janji kau maya
harusnya kau mati dalam sumpahmu untuk hadir malam ini
di antara setengah senyum kami menanti
lelantunan dendang senandung sajak putih
tinggal mimpi...
          anjing...
          koyak telinga ku yang tak kuasa menahan hujat
          sumpah,,,, korban rasa yang tak ujung sumbat
          aaaggghhhh....
          bangsat
          aku kalah, cuk...
Semarang, 15 Desember 2011
@ malam tanpa musik

"Dik, Pulanglah"

Desember 24, 2011 0
Terbaca dalam sajaknya sebuah gundah yang larut di kelopak mata.  Anak-anaknya yang tak lagi dewasa kini hanya mengutip mimpi demi mimpi yang dia rajut sambil menunggu kereta datang.  Mimpi yang terbalas oleh firman Tuhan, lalu menguap ke layang cakrawala dunia fakta.  Ini sebuah rindu pada mu yang telah mencorat-coret hari yang kotor.  yang dulu berjanji untuk tanpa pergi dari hari.  Pada kalian yang bisa saja mengikat tali cinta di leher ku yang tercekik realita.  Sayap mu besar sekarang,  langlang melayang hilang terbang lupa sarang.  Liar dan berakal kau lepas dari rindu sepi kelam hati ini.  Bersama anak-anakmu yang tiap malam menangis memanggil nama ibunya.  Anak gadis mu yang kehilangan dongeng-dongeng Bundanya.
Dik, Tolong, Pulanglah ke rumah.
Semarang, 14 Desember 2011

Hai Diemaz

Desember 24, 2011 0
Sssssssstttttttttttt.......
Siapa dia?
Yang berani menguntai manja dengan mu
Oh, betina yang baru kita kenal kemarin sore
kali saja cinta ia dengan pundak mu

Oh,,,hai....
lihat... Matanya manis mengerling ke arah mu
Oh... Ini pertanda kau akan punya pacar baru
Oh, tidak...  Aku tidak mengada-ada
Tidak kau lihat keibuannya pada mu?

Ya.... Ya... Ya...
Sejak orok, kau hebat kawan...
Meski kita selalu kawin bersama
Dia akan lebih kagum padamu
Hey...Jangan pura-pura bodoh
Lihat nama anak kita
Semua terselip nama mu, bukan nama ku

AAAGGGHHH....
Tunggu dulu...  Tunggu dulu ku bilang
Mata itu...
Hidung itu...
Mulut itu...
AAAGGHH,, Sial!!!
Bangsat!
Dia adik ku!
Bajingan!
kau apakan dia?
Anjing kau!

Semarang, 5 Desember 2011

19 Desember 2011

Selamat Jalan Lala

Desember 19, 2011 0
Aku masih ingat
Saat itu menjelang 25 Desember 2008
Saat ku kabarkan sebuah kado ulang tahun kepada kakaknya
Sejak saat itu aku berniat memberikan seekor kucing kepadanyanya
Siapa sangka anak sangkakala menyalip
Saat ini dia riang bersama ribuan kucing di surga
Selamat jalan Lala

21 November 2011

HAMPIR SETENGAH TAHUN

November 21, 2011 0
Kepada penulis
Hampir setengah tahun sudah
Belum puas kau bersenang-senang?
Harus dengan cara apa lagi?
Belum cukup kah kehancuran ini?

Hampir setengah tahun sudah
Kau gores catatan hitam pada bait hidup ini
Kau toreh luka di hati tak bersalah
Kau permainkan cinta, kasih dan nyawa
Hampir setengah tahun sudah
Semua yang terbaring akan hidup menuntut balas
Hura-huramu tak mampu membendung
Sedang kelam terus berjalan
Hampir setengah tahun sudah
Kau lupa siapa diri mu
Kau lupa siapa diri ku
Kau lupa siapa dirinya
Hampir setengah tahun sudah
Tak bisakah kau bunuh dirimu tanpa harus membunuh orang lain?
Tak bisakah kau hentikan kesenangan ini demi kesenangan orang lain?
Tak bisakah kau akhiri hidup ini demi keberlangsungan hidup oranglain?
Hampir setengah tahun sudah
Segala kegembiraan telah menjadi ilah
Lupa kau ilah sebenarnya
Kau biarkan nafas CO2 mu noda
Hampir setengah tahun sudah
Aku tau kau rusak, aku tau kau hancur
Tapi ku mohon pulanglah
Wahai 

Enggang Hitam
Semarang, 21 November 2011

LIMA (MAAF NRALC)

November 21, 2011 0
puas kau sekarang?
tambah satu orang lagi yang rusak hidupnya karna kelakuan bejatmu
padahal salah apa dia?
padahal dosa apa dia?

puas kau sekarang?
matanya yang tertutup itu menangis
bayangkan hancurnya dia
bayangkan remuknya dia

puas kau sekarang?
lima gadis.....
sudah lima gadis mati di tangan mu
cuiiiih....kau menjijikkan...

puas kau sekarang?
harus berapa nyawa lagi yang hilang karna dendam itu?
kesucian memang membuatmu hancur
tapi kesucian itu sesuatu yang pantas dipertahankan

PUAS KAU SEKARANG???
ANJING KAU!!!
MENJIJIKKAN!!!
---------------------------------------------------------------------------------------------
Kenapa aku kau salahkan?  kau pikir aku bahagia melakukan itu??  Seperti anjing yang bangga menghamili istri tetangganya??  Aku pun sakit...  AKu ingin berubah...  Aku jijik dengan hidupku yang seperti ini...  Tapi kalian hanya bisa marah...  tapi kalian  hanya bisa mengumpat...   Kalian hanya bisa mencaci...  Tak ada satu pun dari kalian yang peduli...  Tak ada satu pun dari kalian yang berusaha membuatku bangkit, yang berusaha membuatku berubah....  Aku butuh suport kalian untuk keluar dari lembah hina ini....  Bukan caci maki...  bukan amarah....  Kalian pikir aku tak bisa menangis??  Hancur rasanya mendapati diri ku bukan diri ku lagi...

Semarang, 20 November 2011

SAJAK KEMBANG-KEMBANG PARANGTRITIS (SALAM KEPADA KRU FILM ISLAM PARANGTRITIS)

November 21, 2011 0
Surat seorang tuhan
Kepada Pak Kyai
Hai, Pak Kyai
Sombong kau sekarang?
Melangkah dan terbang sendiri
Tinggalkan asalmu
          Hai, Pak Kyai
          Sudah besar kau rupanya
          Bersama namamu
          Kau gempar dunia
Hai, Pak Kyai
Masih ingat siapa aku?
Lupa kau dengan tuhan mu?
Angkuh kau akan nama mu?
          Siapa pencipta mu?
          Siapa yang melahirkan kamu?
          Siapa yang membuat kamu?
          Siapa yang mencetuskan kamu?
lalu mengapa namam ku tak pernah kau sebut?
Lalu mengapa nama ku tak kau kumandangkan?
lalu mengapa nama ku kau tinggalkan?
lalu mengapa nama ku tak kau bawa terbang?
          Tak perlu di setiap hembus nafas mu
          Setidaknya di awal cerita tertulis
          A film by
Enggang Hitam
Semarang, 13 November 2011
Toko Buku LNTRA
Hak Cipta Isi © Amry Rasyadany. Diberdayakan oleh Blogger.