Aku si burung enggang
Merajai udara, melayang-layang
Kalau musuh menyerang
Aku siap menerjang
Di pagi menjelang
Sayapku melebar terbang
Di pucuk-pucuk riang
Di buah-buah matang
Aku si burung enggang
Tak takut pada terang
Meninggi caya siang
Turut aku menantang
Sampai sore dibenam
Angin antar aku pulang
Di bawah rimba menjulang
Di atas gemantung bintang
Ketika senja datang
Aku tafakur dalam sarang
Musim dan cuaca adalah kawan
Kami semua berikatan
Seluruhnya menyatu ruang
Di rimba raya yang menghidupkan
Kami lelap dilindung malam
Mimpi kami berkaitan
Aku si burung enggang
Pewaris arwah hutan
Nyawaku pohon berdahan
Jiwaku sungai riam
Jika ada yang melawan
Meribut, menghalau tenang
Merusak, menghabis senang
Ruh kami kan meredang
Rimba raya bersiap bersiaga
Tanah dan batu bersekutu
Air dan udara bergelora
Kayu dan api bersaksi
Kami lawan besi dan baja itu
Kami cabik surat-surat kosong itu
Kami bakar nyanyian para penipu
Berlesatan kami dari tiap sarang yang tumbang
Menjadi anak panah, ujung tombak, atau mata parang
Awas, kami bukan sekadar ancaman
Akan datang gelombang pembalasan
Karena aku si burung enggang
Dirahim rimba aku dieram
Kalau hutan hanya kenangan
Maka aku lah jauh terbang
Tak beda lagi pagi dan petang
Tak hirau lagi daun-buah matang
Di mana lagi aku terbilang
Siapa sadari aku menghilang
Aku si burung enggang
Puisiku kepak sayap bayang-bayang
Berlalu aku, ranting berpatahan
Berlaku aku, dipeluk pohonan
Malang, 12 Juni 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar