17 Maret 2024

Gentayang

Maret 17, 2024 0

Aku arwah gentayangan
Melayang-layang
Di sekitarmu mengawang-awang
Ingin terus menerus marasukimu
Memenuhi bibirmu, lidahmu, nafasmu, telingamu
Menjelajahi kerongkonganmu, tengkukmu, pundakmu, punggungmu, perutmu
Dadamu kupenuhi dengan udara, agar lapang dan terbuka
Bermekaran, penuh, dan segar
Kukucup puncak manusiamu, pada pintu ruhmu
Semakin jauh kusurupi tubuhmu
Semakin dalam, semakin pendam, aku tenggelam
Kukunyah jengkal demi jengkal dagingmu
Kureguk dari ujung ke ujung syarafmu
Otot-otot menegang, kugenggam dalam tarikan
Nadi-nadi menderas, bak jeram di musim hujan
Kurebut kau, pada persimpangan tulang-tulang
Mengembang, bunga-bunga di kakimu
Aku menuju, pada inti sukmamu
Meledak aku menjadi nyanyian
Berhamburan bagai bintang-bintang
Kau meringkuk, sendi-sendimu mengatup
Kita serukan satu pekik kebebasan
Yang membangkitkan, yang menggairahkan
Yang menggetarkan kebekuan malam
Dan kulepas kau, menjauh dari akal bayang
Karena aku arwah
Bergentayangan setiap malam
Marasukimu setiap datang

Kedung Kandang, 17 Maret 2024

sumber gambar: Freepik.com

Gundah Si Ayah

Maret 17, 2024 0

Na, sebentar lagi lebaran
Sedang aku masih pengangguran
Apa yang harus kita lakukan?
Pada busana, kue-kue di meja, tiket perjalanan
Juga pada mulut orang?

Bagaimana kau dan aku terus ada?
Aku tak berdaya mengisimu
Kau tak merela penuhiku
Kitalah dua dara satu naungan, satu dahan
Kitalah lintang lain langit, lain malam

Bukankah kemiskinan adalah wajah segala bangsa?
Yang mencantiki kota-kota
Yang mengencingi desa-desa
Di gunung menjadi pasak-pasak penyangga
Di laut menjadi tiang-tiang bahtera
Di gurun menjadi tirai-tirai pengelana
Di hutan menjadi jejak para penjaga
Tidakkah patutnya kita bangga
Sebagai pewaris peradaban dunia

Na, akankah kau meragu
Lelaki ini benalu
Diam-diam mengakar, 
Menggerogoti dinding-dinding kamar
Pelan-pelan mengabu,
Bagai jelaga di atas tungku

Kedung Kandang, 17 Maret 2024
sumber gambar: freepik.com

17 Januari 2024

Kaina

Januari 17, 2024 0


Kaina
Sampailah wayahnya
Ulun behadap lawan hampian
Apa kesah handak dipadah
Apa dongeng handak dipandir
Apa tingkah handak diulah
Ulun ini urang habak basalah
Samantara hampian babini nang mulia

Berau, Januari 2024

sumber gambar: Freepik.com

11 Januari 2024

Perempuan di Tepian Segah

Januari 11, 2024 0
Perempuan di Tepi Segah



Aku ingin tinggal
Menghabiskan angka-angka dalam tanggal
Namun kau adalah bayang-bayang
Hantu perempuan yang memelihara keraguan

Aku lelah dinaungi kota-kota
Sebab udaranya adalah pecahan kaca
Air sungainya adalah jelaga
Sudut-sudut rumah menjadi sampah
Ialah yang memupuk, yang menyubur mata, telinga, mulut, otak, dan hati manusia

Jelas aku ingin tinggal
Di tanah, letak tugu sejarahku berasal
Namun kau adalah wanita pemburu
Mengendap-endap, mendiam senyap
Kau habisi cita dan tuju

Aku ingin kau menjadi ibu
Membesarkan, memelihara kehidupan
Tapi kau memilih menjadi bulan
Yang tinggi, bercahaya, dan membatu

Aku tetap ingin tinggal
Pada semenanjung, di mana hidupku berawal
Meski kau adalah enggang betina
Bertahta, berkuasa dalam sangkar

di Tepi Segah, Januari 2024

10 Januari 2024

Hai Kids, this is Your Dad

Januari 10, 2024 0



Hai kids, this is your dad
Kata-kata ini ditulis di pembuka tahun 2024 di tanah kelahiran
Mbak Rayya jelang dua tahun, sedang lucu-lucunya, bertanya nama perihal segala
Ayah kalian baru sebulan menginjak umur 32 tahun
Bukan angka yang muda lagi
Sementara lelaki ini masih tetap seorang penganggur
Tidak kerja, tidak punya usaha apa
Tak punya tabungan, tak berpegangan
Lagi tiada berwarisan, tiada berpeninggalan
Kepunyaanku adalah ruang yang dipenuhi kekosongan

Aku bersarjana pula, tapi rasanya percuma
Padahal Bapak-Ibu susah payah membayar semua
Pernah aku jadi pegawai, tapi entah, mengapa pula kutinggalkan pula
Sesekali kupikir, mungkin ini jalannya, agar isi kepalaku tak dipenjara
Tapi kadang juga kutanya, lantas mau diapakan waktu yang terus-menerus berjalan
Isi kepalaku malah berkelana ke samudera, tiada tujuan

Kata-kata ini penuh dengan kekhawatiran, soal kalian, dan bunda kalian
Sepanjang apakah kita dilindung tabah?
Sungguhpun kuharapkan hari depan kita semua cerlang gemilang
Tapi tiap langkah kutapaki dengan terompah kesangsian
Akan sampai kapan?

Karena itu, kuminta banyak maaf
Selagi aku ingat dan sempat
Ada banyak bahan pikiran yang meresahkan
Padahal kalian, anak-anak, jelaslah kebahagiaan
Sungguh,
Kumohon maafkan..

Tanjung Redeb, Januari 2024


15 Desember 2023

Perempuan Liar dan Lelaki Pengecut

Desember 15, 2023 0

 

ilustrasi: freepik

Seperti angin di musim kemarau
Tenangmu menghembuskan pertanyaan
Akankah mendung datang?
Sedang aku adalah dedaunan
Yang hari demi hari kian tunduk
Diam-diam bersiap, meluruh seluruh dalam sekali deruh

Seperti ombak di lautan
Tarianmu melenakan nelayan-nelayan yang berjaga
Membuai bagai lengan ibu yang membelai
Sedang aku adalah pasir pantai
Menetap, menegap, menunggumu datang berbagi setiap
Lalu pergi, menyeret jiwaku yang sangsi

Seperti unggun di punggung gunung
Kau menyala mencipta, menghangat ujung jari para pendaki
Terangmu menghalau ketakutan, gerakmu menghadir kedamaian
Sedang aku adalah kayu bakar
Melesak rasuk dalam semangatmu
Mengarang mengabu dalam petuahmu

Seperti pagi yang membangkitkan
Kau berembun, dingin, taram temaram
Menikam hati dan pikiran yang dicumbui malam
Sedang aku adalah jendela kamar
Tempat bola mata mengintip pekarangan luar
Dirahasiakannya riuh dan pisuh dalam-dalam

Seperti burung hantu dalam belantara
Dalam senyap, kau menerkam, mencabik, dan menghilang
Menyusup masuk dalam mimpi para pembimbang
Sedang aku adalah ranting dan dahan
Yang bersaksi bahwa kepak sayapmu gemilang
Retak berpatahan tiap kali kau datang

Malang,15 Desember 2023
Toko Buku LNTRA
Hak Cipta Isi © Amry Rasyadany. Diberdayakan oleh Blogger.