Tampilkan postingan dengan label Even Sastra. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Even Sastra. Tampilkan semua postingan

16 Februari 2016

Novel Antara Langit dan Maratua

Februari 16, 2016 0
Novel Antara Langit dan Maratua


  Novel Antara Langit dan Maratua adalah novel pertama saya yang diterbitkan oleh (lagi-lagi) Tunas Puitika pada tahun 2015. Bercerita tentang sesosok makhluk (Lumeang) yang kesehariannya mengantar surat yang dikirim oleh manusia yang masih hidup untuk manusia yang sudah mati di surga. Namun ada sekumpulan surat yang ditujukan kepada seorang wanita di surga bernama Aleida namun wanita itu tidak ditemui di sana.
   Novel ini menggunakan dua sudut pandang secara acak. Yang pertama sudut pandang orang pertama sebagai Lumeng. Kemudian sudut pandang orang ketiga serba tahu untuk menceritakan latar belakang tokoh-tokoh lain selain Lumeang.
   Berlatarkan kehidupan laut Kepulauan Derawan, sebuah gugusan pulau-pulau kecil yang terletak di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Selain itu di akhir cerita tokoh Aleida, terdapat sedikit peralihan latar ke Kota Semarang dan Jakarta. Namun secara keseluruhan, Novel ini tetap bernuansa Kepulauan Derawan.
   Bagi kalian yang pernah membaca buku saya yang sebelumnya -Kumpulan Cerpen Malam Spesial- tentu masih ingat dengan cerpen berjudul "Arumanis Nani". Nah dalam novel Antara Langit dan Maratua, sedikit banyak kalian akan lebih mengenal siapa anak perempuan bernama Nani, kemana ibunya pergi, siapa dua sosok yang menyerupai ayah dan ibunya, dan apa yang sebenarnya terjadi.
   Daripada semakin penasaran, silakan langsung baca saja novelnya. Insyaallah akan dilau
nching pada bulan Maret 2016. Info mengenai tanggal dan lokasi launching menyusul.  Pemesanan bisa melalui Penerbit Tunas Puitika atau langsung pada saya. Harga Rp40.000,- belum termasuk ongkos kirim. Bagi yang berada di Kota Semarang saya kasih free ongkir. Selamat membaca.

02 Februari 2014

19 Januari 2014

"Kereta Malam" dan "Oplosan" dalam Panggung Musikalisasi Puisi

Januari 19, 2014 0
      SEMARANG, majasonline.com-Pentas Midnight Band memecah suasana pada hari terakhir Gelar Karya Musikalisasi Puisi 2014.  Midnight membawakan lagu “Kereta Malam” dan “Oplosan” versi YKS di akhir penampilannya.  Suasana semakin meriah dengan turut berpartisipasinya para penonton, panitia dan dosen yang ikut berjoget ala Caesar di atas panggung.  Selengkapnya.....

18 Januari 2014

Musikalisasi Puisi di Awal Liburan Semester

Januari 18, 2014 0
      SEMARANG- Sebanyak 14 karya musikalisasi puisi telah ditampilkan di atas panggung gedung B6 FBS Unnes hari ini.  Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Negeri Semarang selama dua hari (18-19/1) ini akan melangsungkan ujian akhir semester mata kuliah ekspresi lisan sastra berupa penampilan 29 karya musikalisasi puisi.  "Sebanyak 14 karya musikalisasi puisi akan tampil hari ini" begitu kata Nungki selaku MC pada acara tersebut.  Sedangkan sisanya (15 karya) akan tampil di keesokan harinya.
     Gelar Karya Musikalisasi Puisi (GKMP) 2014 kali ini terkesan berbeda dengan tahun-tahun kemarin.  Tahun ini pertunjukan di konsep lebih meriah dengan menggunakan gedung B6 yang memang di desain khusus untuk pertunjukan musik.  Persiapan dan publikasi juga telah dilakukan oleh panitia sejak jauh-jauh hari.
     Rokayati selaku kru kelompok Pena yang tampil dengan nomor urut 8 mengatakan bahwa GKMP kali ini dinilai belum matang, dalam penampilan masih banyak konsep yang bertabrakan peran sehingga membingungkan penonton.  "Untuk kedepannya semoga persiapan sebelum pentas bisa lebih matang lagi."  tambahnya.
     "Banyak yang kreatif.  Tidak hanya sekadar menyanyi, banyak juga yang berteatrikal dan menggunakan properti yang lain."  Begitu tutur Maulida Azkia Rahmawati selaku mahasiswa PBSI yang juga mempersiapkan diri untuk penampilannya.  Maulida menambahkan "Sepertinya lebih meriah lagi jika dilaksanakan pada malam hari."
     Sementara itu di waktu yang lain, Zulfa Fahmy selaku dosen pengampu mata kuliah ekspresi lisan sastra menuturkan "GKMP tahun ini sengaja diadakan siang hari mengingat begitu banyak kelompok yang akan tampil.  Jika diadakan pada malam hari, waktunya terlalu sempit."
    Selain mahasiswa peserta ujian, ada pula kelompok musik dan sastra lainnya juga turut memeriahkan acara tersebut.  Di antaranya Midnight Band, Juli, Saskustik, Laboratorium Teater Usmar Ismail dan Sasindo 2012. (Enggang)

19 Desember 2012

PUISI MAHASISWA HARUS LEBIH KREATIF

Desember 19, 2012 0
Sabtu (8/12) malam di sudut kelurahan Patemon, Kecamatan Gunungpati, Semarang. Sebuah warung makan tiba-tiba menjadi ramai dengan suara jeritan perempuan yang meminta tolong.  Sontak para pengunjung warung makan yang dikenal dengan nama Kilometer 7 itu pun langsung bangkit dari tempat duduknya dan  meninggalkan hidangan makan malamnnya untuk mencari tau apa yang sedang terjadi.
                Unit Kegiatan Mahasiswa Pencinta Karya Sastra (UKM Cakra) Universitas Negeri Semarang pada malam itu sedang mengadakan launching buku antologi puisinya yang berjudul “Kampus Kempas Kempis”.  Dalam acara tersebut, UKM Cakra mementaskan sebuah parade pertunjukan karya sastra yang idenya diadaptasi dari puisi-puisi yang ada dalam buku yang sedang dilaunching malam itu.  Jenis pertunjukannya pun bermacam-macam, ada yang dideklamasikan, di teatrikalkan, didramatisasikan, difilmkan, dilagukan atau pun yang hanya sekadar dibacakan.  Semua jenis pementasan itu lebur menjadi satu memecah heningnya malam minggu di rumah makan Kilometer 7 itu.
                Mas Bayu, pemilik rumah makan Kilometer 7 yang berlokasi tidak begitu jauh dari Kampus Unnes Sekaran itu mengatakan bahwa dia sangat apresiatif sekali dengan adanya kegiatan launching buku ini.  “Paling tidak warung saya bisa terlihat ramai”, ungkap Mas Bayu.  “kalau warung makan ngadain acara band atau karaoke, itu sudah bisa.  Tapi kalau ada yang main teater dan baca puisi di warung makan, itu baru unik.  Selain itu, acara seperti ini tidak membutuhkan sound yang keras sehingga tidak mengganggu kenyamanan warga sekitar  yang sedang beristirahat” tambah mas Bayu.
                Acara yang menjadi salah satu rangkain pementasan Do Dolan Puisi UKM Cakra 2012 ini dihadiri oleh berbagai komunitas sastra di daerah Sekaran dan sekitarnya, seperti Komunitas Godhong, Kias. Persetan dan lain-lain.  Dalam acara itu juga tampak Babahe, seorang penulis geguritan yang cukup terkenal di Kota Semarang.  Laki-laki yang memiliki nama asli Widyo Leksono ini mengungkapkan bahwa ini adalah suatu langkah baru bagi Universitas Negeri Semarang dalam bidang karya sastra karena baru kali ini ada komunitas yang mau menampung dan membukukan puisi-puisi karya mahasiswa Unnes.  UKM Cakra sebagai unit kegiatan mahasiswa yang bergerak di bidang kesusastraan sudah seharusnya mengapresiasi karya-karya mahasiswa dalam bentuk buku seperti ini.  “dan di sini saya menemukan sesuatu yang baru lagi dalam pementasan puisi yaitu sinematisasi puisi atau puisi yang dikemas dalam sebuah film.  ini adalah hal yang baru yang perlu dikembangkan dalam dunia perpuisian di Indonesia” imbuh Babahe.
                Parade pementasan yang tergabung dalam serangkaian pementasan Do Dolan Puisi UKM Cakra 2012  tersebut masih akan berlanjut di Universitas Pekalongan pada tanggal 15 Desember 2012 dan diakhiri di Universitas Jendral Soedirman pada tanggal 22 Desember 2012.

FESTIVAL PEROPAMOSA, TETAP SEMANGAT WALAU HANYA DUA SKS

Desember 19, 2012 0
Mulai tanggal 10 hingga 15 Desember 2012 ini, gedung B1 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang terlihat ramai dan temaram di setiap malamnya.
Setiap tahunnya, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia memang selalu mengadakan pementasan drama dan teater.  Pementasan ini adalah ujian akhir mata kuliah pementasan drama untuk mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan mata kuliah teater untuk mahasiswa prodi Sastra Indonesia.  Mata kuliah ini adalah mata kuliah wajib yang harus di ambil oleh mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Unnes.
Tahun ini, panitia gabungan Pementasan Drama dan Teater Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia mengambil tema “Festival Paropamosa”,  Paropamosa adalah sebuah akronim dari Panca Rombel Pendidikan Mono Sastra.  Karna tahun ini ada lima rombel (rombongan belajar) Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia dan ada satu rombel Sastra Indonesia.

FASILITAS TIDAK MENDUKUNG
Ujian mata kuliah drama biasanya dilaksanakan di Gedung B1 ruang 106 atau yang biasa disebut ruang Laboratorium Teater Usmar Ismail.  Lighting ruangan tersebut sudah terbilang cukup tua,  banyak lampu yang harusnya diganti demi kelancaran dan kesuksesan pementasan yang juga menjadi ujian akhir semester ini.  Bukan tak pernah lighting di ruang ini tiba-tiba mati pada saat pementasan sehingga mengganggu jalannya pementasan.  Bahkan sklarnya sering konslet sehingga membahayakan pengguna ruangan.
Pendingin ruangannya pun serasa hidup segan mati tak mau.  Di musim pementasan seperti ini, penonton yang menghadiri ruang teater yang mini itu bisa jadi sangat membludak.  Belum lagi adanya beberapa mata kuliah yang mewajibkan mahasiswanya untuk menonoton pementasan tersebut.  Tak diragukan lagi dengan jumlah penonton yang banyak dan ruangan teater yang lumrahnya tertutup rapat untuk meminimalisir cahaya yang masuk di tambah dengan pendingin ruangan yang kempas-kempis, oksigen dalam ruang itu semakin lama semakin tipis, ruangan pun semakin panas.  Menonton teater serasa berendam di pemandian air hangat.

CUMA DUA SKS
Pernahkah kita melihat mahasiswa kuliah setiap malam mulai habis maghrib dan baru rampung menjelang tengah malam bahkan melewati tengah malam?  Pernahkah kuliah yang berbobot 2 SKS melebihi 2 jam pada setiap pertemuannya? 
Satuan Kredit Semester yang biasa disebut SKS dalam mata kuliah pementasan drama yang diambil oleh mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia hanya berbobot 2 SKS.  Sudah pasti hal ini membuat para mahasiswa yang mengambil mata kuliah tersebut merasa dirugikan.  Bisa dibayangkan, dari segi waktu saja mereka harus meluangkan waktu paling tidak 2-3 kali dalam seminggu untuk latihan mempersiapkan ujian akhir, dan ini dilakukan selama satu semester.  Adakah kuliah lain yang bobotnya 2 SKS yang selalu mengadakan pertemuan sesering itu?
Dari segi tenaga, kuliah pementasan drama sudah pasti sangat menguras tenaga.  Dalam proses latihan drama ada latihan yang di sebuat oleh tubuh dan olah vokal.  Bagi mahasiswa Jurusan BSI yang jarang berolahraga, lari keliling FBS 3 kali seminggu itu sangatlah melelahkan.  Belum lagi setelah itu harus teriak-teriak untuk olah vokal yang membuat nafas makin tersengal. Ditambah lagi pembuatan properti yang sudah pasti membutuhkan tenaga ekstra.
Kemudian dari segi ekonomi.  Pementasan semacam ini tentunya mengeluarkan dana yang begitu besar.  Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia yang mengambil mata kuliah ini harus rela mengurangi sedikit uang makannya untuk iuran pementasan drama.  Biasanya tiap rombel mematok harga Rp20.000,- tiap kali pertemuan.  Bayangkan jika tiap minggu 3 kali pertemuan dan dikali selama satu semester.  Berapa banyak uang kiriman orangtua yang harus di sisihkan?
Bobot yang hanya 2 SKS untuk mata kuliah seperti ini memang tidak berimbang.  Karna yang dikorbankan tidak hanya tenaga dan pikiran, tetapi waktu dan keuangan pun ikut terkuras.  Bahkan tak jarang mata kuliah ini menjadi fokus tunggal mahasiswa yang mengambilnya sehingga menganaktirikan mata kuliah yang lainnya.
Meskipun demikian, semangat mahasiswa untuk tetap menampilkan yang terbaik tidak surut.  Bukan SKS-nya yang menentukan baik buruknya pementasan.  Tapi prosesnya.  Jika sudah berproses dengan cukup panjang dan pengorbanan yang besar, sayang rasanya jika hanya pentas alakadarnya.  Apalagi acara pementasan ini adalah acara tahunan yang selalu ditungu-tunggu oleh seluruh warga Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia baik dari kalangan mahasiswa maupun kalangan dosen.  Para penampil tak mungkin rela jika pementasan mereka jelek.

FESTIVAL PAROPAMOSA, UJIAN AKHIR SEMESTER YANG MENGHIBUR

Desember 19, 2012 0
Mulai tanggal 10 Desember hingga 15 Desember 2012 ini, gedung B1 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang terlihat ramai dan temaram di setiap malamnya.
Setiap tahunnya, Jurusan Bahsa dan Sastra Indonesia memang selalu mengadakan pementasan drama dan teater.  Pementasan ini adalah ujian akhir mata kuliah pementasan drama untuk mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan mata kuliah teater untuk mahasiswa program studi Sastra Indonesia.  Mata kuliah ini adalah mata kuliah wajib yang harus di ambil oleh mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Unnes pada semester 5.
Tahun ini, panitia gabungan Pementasan Drama dan Teater Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia mengambil tema “Festival Paropamosa”,  Paropamosa adalah sebuah akronim dari Panca Rombel Pendidikan Mono Sastra.  Karna tahun ini ada lima rombel (rombongan belajar) Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia dan ada satu rombel Sastra Indonesia.
Eko Widianto, Ketua Himpunan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia periode 2012 yang juga sebagai pementas dalam Festival Paropamosa menuturkan bahwa pementasan tahun ini telah disiapkan dengan baik oleh panitia.  Meskipun demikian, tetap terdapat beberapa kekurangan seperti lighting yang terbilang sudah cukup “tua” sehingga sering byak pet, juga pendingin ruangan Laboratorium Teater Usmar Ismail yang mati sehingga banyaknya penonton yang hadir di ruangan itu membuat oksigen semakin tipis dan akhirnya kenyaman dalam menonton pementasan pun terganggu.  “SKS juga perlu ditambah. Agar hasil pementasan juga lebih maksimal” begitu tambahnya. 
Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang akrab di sapa dengan sebutan Pak Bi juga menuturkan hal yang serupa.  “Saya yakin mahasiswa yang mengambil mata kuliah drama dan teater entah itu para pementas, kru atau pun panitia inti sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menampilkan pementasan yang terbaik.  Namun ternyata bobot SKS untuk mahasiswa Prodi Pendidikan sangat tidak berimbang. Kalian tiap malam pergi ke kampus untuk latihan dan pulang sangat larut, namun bobot nilai kalian hanya 2 SKS.  Di kesempatan mendatang, kami dari pihak Jurusan sudah mulai mempertimbangkan hal ini dan akan ditinjau ulang.  Berdoa saja semoga tahun depan bobot SKS mata kuliah drama bisa lebih banyak sehingga sesuai dengan jerih payah yang kalian keluarkan.”
Bobot SKS mata kuliah drama untuk mahasiswa prodi pendidikan memang hanya dua SKS berbeda dengan mata kuliah teater yang di ambil oleh mahasiswa prodi sastra yang bobotnya 4 SKS.  Tapi sepertinya itu bukan halangan bagi mereka untuk tetap menampilkan sebuah pementasan yang terbaik.  Sehingga ujian untuk mata kuliah ini pun bukan lagi menjadi beban bagi mereka, namun sebuah hiburan dan sebuah klimaks dari proses yang panjang.
Toko Buku LNTRA
Hak Cipta Isi © Amry Rasyadany. Diberdayakan oleh Blogger.