27 April 2025

[Subuh]

April 27, 2025 0
Langitmu gemuruh
Nafasmu membeku seluruh
Udaramu penuh
Manusia mengeruh
Dipenjara serapah sumpah, kesah keluh
Sirami kepala kami, basuh
Agar sirna debu-debu di bibir mata
Agar sirna buai rayu alam buta
Sirami hati kami, basuh
Agar mati api iri dengki
Agar mati benalu dalam diri

Malang, 27 April 2025

22 April 2025

[Puisiku]

April 22, 2025 0
Puisiku tak kemana-mana
Menumpuk-numpuk dalam kepala/
      di atas meja
Mendebu ia
Diam-diam simpan rahsia

Puisiku geming, kata-kata gamang
Ia beku seperti batu karang
Bertapa dalam perut lautan
Tiap larik berbaring, menjelajah ruang

Malang, 22 April 2025

06 April 2025

[Kematian Itu]

April 06, 2025 0
Sungguh
Kematian itu makhluk suka-suka
Suatu ketika dia terasa akan tiba
Tapi rupanya hidup terus ada
Suatu ketika yang lain, dia seakan masih lama
Tapi tiba-tiba datang tanpa aba-aba

Semarang, 6 April 2025

24 Maret 2025

Tentang Babi

Maret 24, 2025 0


Terus kenapa?
Kalau ada kepala babi di atas meja kerja kita
Apa tiba-tiba kita kaya raya?
Tanah dan air jadi lebih murah dan mudah untuk dipunya?
Rupanya kita tetap jadi budak
Di atas bumi tempat lahir dan berpijak

Terus kenapa?
Kalau ada kepala babi di genggaman tangan kita
Apa udara jadi penuh dengan warta gembira?
Manusia jadi bina-membina?
Lihat, sampah sudah menumpuk hingga tulang leher
Loteng-loteng jadi sarang tikus-tikus teler

Terus kenapa?
Kalau ada kepala babi bersembunyi di balik tudung nasi
Kitakan biasa makan babi tiap hari?
Nasi babi, telur babi, sayur babi,
Babi organik dari kebun yang tak dimiliki petani
Hingga babi instan tiga ribuan yang nirgizi

Terus kenapa?
Kalau bingkisan kepala babi dikirim pada kita
Barangkali itu sekadar parsel hari raya
Sama, seperti kantor-kantor dan ruang rapat mereka
Yang juga penuh kepala babi tukang foya-foya
Menari babi, menggoyang istana

Malang, 24 Maret 2025

18 Maret 2025

Daripada Penyair

Maret 18, 2025 0


Daripada jadi penyair
Lebih baik jadi koruptir
Diam-diam saja sambil pura-pura
Sibuk kerja, sibuk jerih paya
Tau pasti, kantong penuh harta

Daripada jadi penyair
Lebih baik jadi koruptir
Istri lengket makin cinta
Disanjung dibangga keluarga
Anak-anak jadi pembela

Daripada jadi penyair
Lebih baik jadi koruptir
Jangan takut ditangkap kapeka
Jangan takut dipenjara
Buinya cuma kamar bintang lima

Daripada jadi penyair
Lebih baik jadi koruptir
Dikenal orang dipandang-pandang
Nama kita cetak tebal dalam berita
Wajah kita kian tebal di layar kaca

Daripada jadi penyair
Lebih baik jadi koruptir
Jangan peduli didemo mahasiswa
Mereka cuma menang gaya
Diam juga kalau sudah pegang uangnya

Daripada jadi penyair
Lebih baik jadi koruptir
Tiap hari derma depan kamera
Rumah megah saingi istana
Makan malam nasi kucing harga empat ratus juta

Daripada jadi penyair
Lebih baik jadi koruptir
Cari inspirasi di Cina atau Amerika
Naik sepeda keliling eropa, main air di Antartika
Pinjam roket Rusia, gendong gajah Afrika

Daripada jadi penyair
Lebih baik jadi koruptir
Pikiran sibuk isinya uang
Omong kosong bunyinya uang
Tulis buku terbitnya uang

Daripada jadi koruptir
Lebih baik jadi penyair
Kaya kata-kata tak ada yang baca
Tak bisa makan masih bisa suka-suka
Barangkali matinya masuk surga

Malang, 18 Maret 2025

11 Maret 2025

[Sesal]

Maret 11, 2025 0
Belakangan makin sering ia datang
Memeluk punda, mengutuk dalam bisikan
Di tangannya bungkusan kembang
Dengan kelopak biru muda, sejarah yang muram

Tujuh tahun terbilang
Bangku sekolah yang aku buang-buang
Citaku ingin belajar hingga kenyang
Yang kudapat cuma kekosongan
Ke Jakarta kukejar
Yang dikata orang berpijar
Kucampakan, kutinggal
Citaku menyusul asal
Tapi tetap gagal

Sekarang tinggal sendiri
Berkawan sesal sejati
Makin sering ia kemari
Makin lekas usaikan puisi

Malang, 11 Maret 2025
Toko Buku LNTRA
Hak Cipta Isi © Amry Rasyadany. Diberdayakan oleh Blogger.