Oleh:
Amry Rasyadany (211409020)
A. LATAR BELAKANG
Resepsi berasal dari bahasa latin “recipere” yang berarti menerima. Resepsi
adalah aliran dalam penelitian sastra yang semenjak tahun 60-an
menggeserkan fokus dari teks sendiri (aliran egosentris atau gerakan
ekonomi) kea rah pembaca.
Dalam
arti luas, istilah ini diperuntukkan bagi setiap aliran dalam
penelitian sastra yang mempelajari bagaimana karya-karya sastra diterima
oleh pembaca. Cara penerimaan tersebut dapat bersifat psikologis maupun sosiologis.
Dalam
arti sempit, istilah ini sinonim dengan Konstanz yang meneruskan
penelitian fenomenologi (Ingarden), strukturalisme praha (Mukarovsky)
serta hermeneutika (Gadamer). Dalam
kelompok ini sendiri masih dapat dua aliran yang berbeda yaitu sejarah
resepsi (Jauss) dan estetika resepsi(Wirkhrugs, Iser).
Lewat penelitian resepsi, Jauss ingin merombak sejarah kesusastraan. Ia
tidak lagi memaparkan sederetan pengarang dan jenis sastra, melainkan
bagaimnana sebuah karya dapat diterima waktu pertamakali terbit dan
seterusnya. Karena antara masa
silam dan masa kini perlu diadakan dialog, lagi pula untuk menjembatani
antara masa kini dan sebuah teks lama. Jauss memperkenakan pengertian
cakrawala harapan yang dapat menjadikan pengalaman liteter (penerimaan
dan pengolahan dalam batin pembaca) objek penelitian. Cakrawala harapan seorang pembaca ditentukan berdasarkan komponen-komponen berikut:
1. Pengetahuan mengenai kesenian (poetika) dan jenis-jenis sastra,
2. Pengetahuan mengenai lingkunagn historis literer,
3. Pengetahun mengenai perbedaan antara fakta dan fiksi,
4. Pengetahuan mengenai perbedaan antara bahasa puitis dan bahasa sehari-hari.
Menurut Jauss, penilaian oleh pem baca terjadi berdasarkan komunikasi antara teks dan cakrawala harapan si pembaca. Bila
harapan tadi diperluas karena adanya norma-norma baru, maka karya itu
dinilai sebagai seni sungguh-sungguh, namun jika ntidak, maka karya itu
termasuk sastra picisan. Selain itu Jauss menekankan bahwa sebuah karya sastra harus di dekati beik secarfa diakronis maupun sinkronis. Akhirnya sejarah sebuah karya sastra harus dihubungkan dengan sejarah umum.
Pengerrtian
cakrawala harapan oleh Mandelkov diperinci lenbih lanjut menjadi
harapan mengenai seorang pengarang, menenai karya sastra itu sendiri
serta mengenai jenis sastra. Teori
resepsi dikritik oleh para peneliti Marxis karena kurang memperhatikan
diferensiasi sosiologis dan secara berat sebelah memberatkan criteria
pembaruan (lawan mimetis). Kemungkinan untuk secara praktis menerapkan sejarah agak terbatas. Perlu dibedakan antara resepsi riil dan resepsi ilmiah hipotesis.
Sementara
Iser meneliti hubungan individual antara teks dan pembaca yaitu
unsure-unsur di dalam teks yang mengakibatkan komunikasi. Iser memperkenalkan istilah “Unbestimmtheit” (ketidaktentuan yang dipinjamkan dari Ingarden. Setiap unsure yang tidak tentu merangsang pembaca. Di
kemudian hati, konsep ini di ubah menjadi “bidang kosong” yakni segala
sesuatu yang oleng pengarang tidak diperinci, misalnya raut muka
seseorang, hubungan antara dua tokoh dan sebagainya. Factor
lain yang turut mempengaruhi proses bacaan ialah penyangkalan, ini
terjadi bila beberapa modul untuk menafsirkan kenyataan diragukan atau
bila karya-karya sastra diparodikan. Selain itu pengarang dapat memakai macam-macam akal guna menciptakan dunia khayal. Gejala ini oleh Iser disebut sebagai “negativitas”.
Cerita Rakyat Timun Mas merupakan salah satu cerita rakyat yang mulai luntur keberadaannya di telan zaman. Oleh karena itu, pendekatan resepsi sastra sangat cocok jika digunakan untuk menganalisis cerita ini.
B. SINOPSIS CERITA
Di sebuah desa hiduplah sepasang suami-istri yang telah lama menikah namun belum juga dikaruniai anak. Pada suatu hari, sepasang suami-istri tersebut memohon kepada raksasa Buto Ijo agar mereka diberi anak. Namun
raksasa Buto Ijo memberikan sebuah syarat di mana jika nanti anak itu
adalah perempuan, sepasang suami-istri itu harus menyerahkan anak itu
kepada raksasa Buto Ijo. Kemudian sepasang suami istri tersebut diberi sebuah timun yang ternyata di dalamnya berisi seorang anak perempuan. Anak perempuan itu diberi nama Timun Mas.
Sesuai syarat yang telah disepakati, raksasa Buto Ijo menagih Timun Mas. Namun sang istri menolak dengan alas an Timun Mas masih terlalu kecil. Jika dimakan tidak akan mengenyangkan. Buto Ijo setuju dan akhirnya menunggu sampai Timun Mas dewasa.
Saat Timun Mas telah dewasa, raksasa Buto Ijo datang lagi. Sang
istri tak mampu berbuat apa-apa selain menyuruh Timun Mas untuk lari.
Sebelum lari, sang istri membekali Timun Mas dengan jarum, garam dan
terasi.
Timun
Mas berlari sekua6t tenaga, namun karna Buto Ijo adalah raksasa, maka
bukan sesuatu yang susah baginya untuk mengejar Timun Mas. Saat Buto Ijo mulai mendekat, Timun Mas melemparkan jarum kepada Buto Ijo yang seketika tumbuh menjadi pepohonan berduri. Hutan itu mampu menghambat langkah Buto Ijop beberapa saat. Kesempatan ini digunakan oleh Timun Mas untuk melarikan diri. Namun Buto Ijo berhasil lolos dari hutan pohon berduri tersebut dan akhirnya mampu menyusul Timun Mas. Saat Buto Ijo mendekat lagi, Timun Mas melemparkan garam yang seketia berubah menjadi lautan yang menghambat langkah Buto Ijo. Namun Buto Ijo berhasil lolos dan kembali mendekat ke Timun Mas. Timun Mas tinggal memiliki satu bekal dari ibunya, yaitu terasi. Saat Buto Ijo mulai mendekat lagi, Timun Mas melemparkan terasi ke arah Buto Ijo yang seketika menjadi lautan lumpur. Lautna lumpur itu mempu menenggelamkan Buto Ijo dan membutunuhnya. Akhirnya Timun Mas selamat dari ancaman Buto Ijo.
C. ANALISIS BERDASARKAN TEORI RESEPSI
Teori
resepsi sastra merupakan teori pengkajian sastra yang mempelajari
bagaimana sebuah karya satsra dapat diterima oleh pembaca. Dalam analisis kali ini, penulis menggunakan metode penyebaran angket kepada para penikmat sastra. Sampel yang dipilih adalah 50 orang mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.
Angket yang disebarkan terdiri atas empat pertanyaan:
1. Tahukah anda tentang cerita rakyat yang berjudul Timun Mas?
2. Coba anda ceritakan secara singkat cerita tersebut!
3. Coba anda utarakan amanah apa yang disampaikan oleh cerita tersebut?
4. Bagaimana pengaruh cerita tersebut di dalam hidup anda?
Dari 25 orang yang deberikan angket, hanya 8 mahasiswa yang merespon sedangkan 17 orang
tidak merespon sama sekali. 1 (12,5 %) orang menjawab tidak tahu
tentang cerita Timun Mas sedangkan 7 (87,5%) orang menjawab tahu.
Kemudian untuk soal nomor 2,terdapat 6 (75%) orang bisa menceritakan
kembali cerita rakyat berjudul Timun Mas.
Tanggapan untuk soal nomor 3 terdapat 3
(37,5%) orang yang menemukan amanah apa yang akan di sampaikan oleh
cerita tersebut yaitu: kasih sayang seorang ibu kepada anaknya meskipun
itu bukan anak kandungnya, hukuman bagi orang yang meminta kepada selain
Tuhan, dan menurutlah kepada perintah orang tua.
Tanggapan
untuk soal nomor 4 dapat diketahui bahwa 8 orang yang merespon angket
mengaku tidak merasakan pengaruh apa-apa dalam hidup mereka setelah
membaca kisah tersebut (0%). Hal ini dikarenakan cerita rakyat Timun Mas semata-mata hanya sebagai hiburan bagi mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar