Kemana perginya enggang?
Dari ranting-ranting abadi
Sebagai penggalan-penggalan sajak ketiga
Juga tarian sunyi rembulan di musim hujan
Pelari mencuri-curi embun
Udara pagi mengkhianati daun
Hutan-hutan adalah lobang
Sejak datang binatang, di sana berak-telanjang
Sementara debu-debu terusir
Sepertiku turut menyingkir
Dari gilang takdir
Dan sungai adalah kematian
Tempat mayat dan bangkai dimakamkan
Di ulu ada darah campur tanah
Di ilir ada zaman berhenti bergulir
Lantas kemana perginya enggang?
Sedang di udara ada tenung melayang-layang
Menyurupi paru-paru, dan ruang-ruang
Kucari-cari suara dalam sampeq, kalintang
Adanya, sekedar kayu, kayu
Bisunya, bisu
Seperti malam yang paling ragu
Aku 'lah tiba pada kekosongan paling inti
Setelah ini akan terbit kenisbian paling entah
Tanpa ada satu pun rayuan yang mampu menjawab panggilan
Sedangkan wasiat-wasiat hanya sebatas basa-basi
Jika tak lagi, maka akan semakin banyak enggang hilang dari rimba
Dari luruhnya jiwa
Jakarta, Februari-Maret 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar