02 Juli 2017

Mengubah Paham, Membuka Pikir: Membaca "Pada Suatu Hari Nanti & Malam Wabah"


Judul: Pada Suatu Hari Nanti &M alam Wabah
Penulis: Sapardi Djoko Damono
Penerbit: Bentang Pustaka
Tebal: 182 halaman

          Bagi para penikmat karya sastra Indonesia, tentu sudah tak asing lagi dengan nama Sapardi Djoko Damono. Pria yang ingin mencintai kekasihnya dengan sederhana ini memang sudah tidak diragukan lagi kiprahnya dalam dunia sastra. Tidak hanya aktif memproduksi prosa dan puisi, Eyang Sapardi juga dikenal sebagai profesor ilmu sastra yang telah memberikan banyak pembaruan dalam bidang kajian kesusastraan Indonesia. Maka tak ada salahnya jika saya menyebut Sapardi Djoko Damono adalah Paus Sastra kedua setelah H.B. Jassin.
          Dalam bukunya yang berjudul Pada Suatu Hari Nanti dan Malam Wabah, Sapardi kembali menyuguhkan angin segar bagi para pencinta karya sastra. Meski hadir dalam satu buku, sesungguhnya Pada Suatu Hari Nanti dan Malam Wabah adalah dua buah buku yang menghadirkan cerita-cerita dengan cita rasa berbeda.
          Dalam buku Pada Suatu Hari Nanti, Sapardi menghadirkan sembilan buah cerita yang merupakan karya dekonstruksi dari dongeng atau cerita rakyat yang telah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Dalam dekonstruksi ke sembilan cerita tersebut, Sapardi mencoba memutar-balikkan fakta cerita dari kisah sebenarnya menjadi sesuatu yang benar-benar baru. Sehingga meski pun berangkat dari cerita yang telah familiar di masyarakat, kisah-kisah yang tertuang dalam buku Pada Suatu Hari Nanti tetap asik untuk dinikmati kembali.
          Salah satu contoh dongeng yang didekonstruksi oleh Sapardi dalam buku Pada Suatu Hari Nanti adalah cerpen berjudul Dongeng Kancil. Dalam dongeng-dongeng yang berkembang luas di masyarakat, kancil adalah tokoh yang cerdik dan banyak akal. Di beberapa kisah, kancil sering dimintai pendapat untuk memecahkan suatu perkara karena kecerdikannya. Namun di kisah yang lain, kancil terkadang menggunakan kecerdikannya untuk membodohi hewan lain demi kepentingan dirinya sendiri. Pada Dongeng Kancil, Sapardi membuat Kancil tak lagi punya daya untuk bersenang-senang dengan kecerdikannya. Semua hewan telah paham dan sadar bahwa Kancil hanya akan membodohi mereka saja.
          Selain Dongeng Kancil, sebuah cerpen yang begitu menarik perhatian pembaca dalam buku ini adalah cerpen berjudul Sebenar-benarnya Dongeng Tentang Malin Kundang yang Berjuang Melawan Takdir agar Luput dari Kutukan Sang Ibu. Melihat judulnya saja tentu sudah mampu menarik perhatian para pembaca. Ceritanya pun tak kalah mengejutkan, yaitu kisah "sebenarnya" yang terjadi ketika Malin Kundang kembali menginjakkan kaki di kampung halamannya. Tentu saja kebenaran kisah tersebut berdasarkan sudut pandang Sapardi sebagai penulisnya.
          Lain halnya dengan buku Malam Wabah. Meskipun dicetak dalam satu buku dengan Pada Suatu Hari Nanti, Malam Wabah memiliki keistimewaan tersendiri yang tak kalah menarik. Berisikan seputar permasalahan-permasalahan amat biasa yang dapat ditemui sehari-hari, Sapardi menyulap permasalahan itu menjadi sebuah cerita yang kompleks dan menggugah kesadaran para pembacanya. Lewat cerpen-cerpen yang ia kumpulkan dalam Malam Wabah, Sapardi berhasil membuat para pembacanya untuk berpikir secara tidak biasa. 
          Salah satu cerpennya yang sederhana namun meninggalkan kesan yang mendalam adalah cerpen berjudul Rumah-rumah. Cerpen itu merepresentasikan kebiasaan ngerumpi di masyarakat Indonesia lewat obrolan antar rumah. Rumah-rumah di sebuah pemukiman penduduk beruba menjadi sosok hidup dan mampu membicarakan berbagai macam hal yang terjadi di sekitar mereka. Sama dengan masyarakat yang hobi berbincang-bincang tentang apa saja.
          Pada Suatu Hari Nanti  & Malam Wabah merupakan sebuah karya sastra yang telah membuka pemikiran para pembaca bahwa tak ada suatu apa pun di dunia ini yang tak mampu berubah. Sapardi telah memberi contoh lewat dekonstruksi dongeng yang mengubah pemahaman dan kisah-kisah yang membuka pola pikir para pembacanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Buku LNTRA
Hak Cipta Isi © Amry Rasyadany. Diberdayakan oleh Blogger.