SARI
Arikel ini membahas tentang wacana yang berbentuk cerpen yang berjudul “Jenis Kelamin karya Shantined. Tujuan
penulisan artikel ini adalah memberitahukan cerpen “Jenis kelamin” ini
termasuk wacana jenis apa dan topik wacananya termasuk topik wacana
jenis apa.Cerpen ini diketahui merupakan jenis wacana tertulis menurut
sarana penyampaiannya, wacana prosa menurut bentuk penyampaiannya,
wacana dialog menurut peranan penutur dan mitra tuturnya, wacana narasi
menurut penyampaian materinya dan wacana kompleks menurut strukturnya. Jenis
topik wacana yang terdapat dalam cerpen “Jenis Kelamin” karya Shantined
ini 73,5% adalah topik persona dan 26,5% topik non persona.
Kata kunci : wacana, topik wacana, cerpen
Wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar dalam hierarki gramatikal. Namun,
dalam realisasinya wacana dapat berupa karangan yang utuh, paragraf,
kalimat, frase bahkan kata yang membawa amanat lengkap. Kemudian Topik
adalah “proporsi yang berwujud frase atau klausa, yang di dalamnya. Menurut Poedjosoedarmo (1986:5) topik adalah yang dibicarakan dalam wacana. Menurut
Eko Wardono (1983:3) topik adalah gagasan utama yang dikandung oleh
suatu wacana. Sedangkan cerpen adalah cerita pendek yang menceritakan
sebagian pengalaman hidup tokoh.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kridalaksana
(1997) mengungkapkan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan
merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar dalam hierarki
gramatikal. Namun, dalam
realisasinya wacana dapat berupa karangan yang utuh, paragraf, kalimat,
frase bahkan kata yang membawa amanat lengkap.
Wacana
yang baik mempunyai topik, yaitu proporsi yang berwujud frasa atau
kalimat yang menjadi inti pembicaraan atau pembahasan (Alwi et. al.
1998:435). Topik adalah “proporsi yang berwujud frase atau klausa, yang di dalamnya. Menurut Poedjosoedarmo (1986:5) topik adalah yang dibicarakan dalam wacana. Menurut Eko Wardono (1983:3) topik adalah gagasan utama yang dikandung oleh suatu wacana. Dengan beberapa pendapat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa topik adalah suatu unsur penting dalam sebuah wacana.
Kesinambungan
topik merupakan cara suatu topik utama dijalinkan dalam suatu urutan
klausa maupun kalimat yang tersusun membentuk suatu rangkaian yang
sinambung (Seng 1995:21). Menurut
Givon (dalam Seng 1995:21) untuk memahami kesinambungan topik, kita
harus memahami sedikit banyak konsep kesinambungan wacana. Hal ini disebabkan kesinambungan wacana merupakan satu proses yang kompleks.
Cerpen
“Jenis Kelamin” Karangan Shantined merupakan cerpen yang mengangkat
sebuah permasalahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat kota. Menggali
topik-topik permasalahan yang muncul pada cerpen itu akan membuat kita
semakin paham akan amanat yang ingin disampaikan pengarang dalam cerpen
itu.
RUMUSAN MASALAH
1. Cerpen “Jenis kelamin” karya Shantined termasuk jenis wacana apa?
2. Jenis topik apa yang terdapat dalam cerpen “Jenis kelamin” karya Shantined?
KAJIAN TEORITIS
Wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar dalam hierarki gramatikal. Namun,
dalam realisasinya wacana dapat berupa karangan yang utuh, paragraf,
kalimat, frase bahkan kata yang membawa amanat lengkap.
Jenis wacana dikelompokkan berdasarkan : 1. Sarana penyampaian, 2. Bentuk penyampaian, 3. Peranan penutur dan mitra tutur, 4. Pengemasan materi yang disampaikan dan 5. Sruktur pengembangan topik.
Berdasarkan sarana penyampaian, wacana daat dipilah menjadi wacana lisan dan wacana tertulis. Wacana
lisan adalah wacana yang disampaikan secara lisan, sedangkan wacana
tertulis adalah wacana yang disampaikan secara tertulis.
Berdasarkan bentuk penyampaian, jenis wacana dibedakan menjadi tiga, yaitu : wacana puisi, wacana prosa dan wacana drama.
Dari segi peranan penutur dan mitra tutur, wacana terbagi menjadi wacana monolog dan wacana dialog.. wacana monolog adalah wacana yang tidak melibatkan percakapan antara dua pihak seperti teks atau surat. Sedangkan wacana dialog adalah wacana yang dibentuk oleh percakapan seperti obrolan, tanya jawab atau wawancara.
Berdasarkan
pengemasan materi, jenis wacana terdiri atas wacana eksposisi, wacana
deskripsi, wacana argumentasi, wacana narasi wacana persuasi dan wacana
prosedural.
Berdasarkan struktur pengembangan topik , wacana menjadi dua jenis, yaitu : wacana dasar dan wacana tuturan. Wacana
dasar adalah wacana yang tersusun dari sebuah kalimat atau lebih.
Wacana tuturan terbagi lagi menjadi dua, yaitu wacana luas dan wacana
kompleks. Wacana luas adalah waca yang tersusun dari beberapa wacana dasar. Wacana kompleks adalah wacana yang tersusun dari dua wacana luas atau lebih.
Wacana
yang baik mempunyai topik, yaitu proporsi yang berwujud frasa atau
kalimat yang menjadi inti pembicaraan atau pembahasan (Alwi et. al.
1998:435). Topik adalah “proporsi yang berwujud frase atau klausa, yang di dalamnya. Menurut Poedjosoedarmo (1986:5) topik adalah yang dibicarakan dalam wacana. Menurut Eko Wardono (1983:3) topik adalah gagasan utama yang dikandung oleh suatu wacana. Dengan beberapa pendapat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa topik adalah suatu unsur penting dalam sebuah wacana.
Atas dasar referennya, topik dalam wacana dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : Topik nonpersona dan topik persona. Topik nonpersona adalah topik yang referennya bukan insan, yaitu berupa konsep (abstrak) atau fisik (Konkrit). Sedangkan topik persona adalah topik yang referennya insan.
METODE
Kajian wacana cerpen “Jenis Kelamin” karya Shantined ini menggunakan metode pemerhatian. Bahan yang akan dikaji adalah wacana karyaan.
Ada
5 kelompok jenis wacana, yaitu kelompok berdasar sarana penyampaian,
bentuk penyampaian, peranan penutur dan mitra tutur, penegasan materi
yang disampaikan dan struktur pengembangan topik.
Dari
segi sarana penyampaian, cerpen “Jenis Kelamin” karya Shantined
tergolong sebagai wacana tulis karena cerpen ini disampaikan dalam
bentuk tertulis dalam sebuah antologi sastra berjudul “Balikpapan Dalam
Sastra Indonesia” yang disusun oleh Korrie Layun Rampan, Ed. yang
diterbitkan oleh penerbit Araska.
Dari
segi bentuk penyampaian, cerpen “Jenis Kelamin” karya Shantined
termasuk ke dalam wacana prosa karena wacana ini disampaikan dalam
bentuk cerpen dan cerpen termasuk karya sastra prosa.
Dari
segi peran penutur dan mitra tutur, cerpen “Jenis Kelamin” karya
Shantined tergolong sebagai wacana dialog karena terdapat percakapan di
dalam cerpen itu dan menggunakan tokoh orang ke 3 tunggal.
Misal :
1. “Tambah lagi minumnya?” tawar lelaki itu menyadarkan lamunan sisi.
“Terima kasih, tidak usah, ini sudah gelas ketiga,” jawab Sisi seadanya.
2. “Jawablah Sisi... anak kita lelaki atau perempuan?”
“Kenapa?” tanya Sisi hampir tak kedengaran.
“Ya,
sebelumnya aku minta maaf, tapi terus terang aku kini telah menikah dan
punya 4 orang anak, dua kali istriku melahirkan bayi kembar, dan mereka
perempuan semua,” aku Pram.
...............................................................................................................................................................................................................................................................................................
“Maaf Pram, aku menggugurkan anak kita. Aku tak pernah melahirkan anak mu.”
Berdasarkan
pengemasan materi, cerpen “Jenis Kelamin” karya Shantined merupakan
wacana narasi fiksi karena menceritakan suatu kejadian secara kronologis
yang bersifat fiktif.
Berdasarkan struktur, cerpen “Jenis Kelamin” karya Shantined merupakan wacana kompleks karena terdiri dari beberapa wacana luas.
Atas dasar referennya, topik dalam sebuah wacana terbagi menjadi 2 yaitu : topik non persona dan topik persona.
Wacana 1:
Sekotak permen telah tumpah di lantai. Warna-warni pembungkusnya memancarkan kilat lampu. Wangi parfum perempuan itu juga memancar ke segala penjuru ruang.
Topik
dalam wacana di atas terletak pada kalimat : Wangi parfum perempuan itu
juga memancar kesegala penjuru ruang. (Topik nonpersona)
Wacana 2:
Keharuman Bvulgari, asli dari Prancis menari-nari di setiap pucuk hidung yang menghirupnya. Ruang dansa telah ramai. Beberapa
pasangan tampak asik melantai. Beberapa di antaranya tampak sangat
mesra berpelukan, berciuman bahkan meraba-raba tubuh pasangannya. Mungkin mereka mabuk, terlalu banyak minum bir atau sebangsanya.
Topik dalam wacana di atas terletak pada kalimat : Ruang dansa telah ramai. (Topik non persona)
Wacana 3:
“Boleh kutemani duduk, Nona?” sapa seorang lelaki berpakaian perlente. Dan perempuan itu mengangguk, sambil terus menerus mengaduk-aduk segelas gin tonic di hadapannya.
Topik dalam wacana di atas terletak pada kalimat: “Boleh kutemani duduk, Nona?” (Topik persona)
Wacana 4:
“Wah... anda harum sekali, parfum anda apa?” goda lelaki itu.
Topik dalam wacana di atas terletak pada kalimat : “Wah... anda harum sekali, parfum anda apa?” (Topik persona)
Wacana 5 :
Hanya dengan senyuman, perempuan itu menjawab, lalusebatang rokok dinyalakannya.
Pikirannya melayang. Tidak mabuk, hanya agak melayang. Menggapai-gapai sesuatu. Mungkin itu adalah keinginan yang tersembunyi. Atau sekadar metafora dari bayangan-bayangan semu yang selama ini menggodanya.
Topik dalam wacana di atas terletak pada kalimat : Pikirannya melayang (Topik persona)
Wacana 6 :
“Tambah lagi minumnya?” tawar lelaki itu menyadarkan lamunan Sisi.
Topik dalam wacana di atas terletak pada kalimat : “Tambah lagi minumnya?” (Topik nonpersona)
Wacana 7 :
“Terimakasih, tidak usah, ini sudah gelas ketiga,” jawab Sisi seadanya.
Topik dalam wacana di atas terletak pada frase : .....tidak usah..... (Topik nonpersona)
Wacana 8 :
Lelaki itu kemal memandangi Sisi, dari ujung kepala hinga kaki. Mungkin dia heran dengan penampilan Sisi. Tidak selayaknya penyanyi bar yang mengenakan pakaian seksi dan penuh gemerlap payet-payet. Perempuan itu selalu berpakaian biasa, hem lengan pendek dipadu dengan rok mini atau celana jeans ketat. Tidak memakai kalung atu gelang bergemerincingan, tidak memakai stocking dan sepatu junggle berhak 12 cm. Dan tidak memakai make up tebal seperti dempul berwarna-warni.
Topik dalam wacana di atas terletak pada kalimat : mungkin di aheran pada penampilan sisi. (Topik persona)
Wacana 9 :
Sisi seperti bidadari yang terlempar dari surga ke tempat kumuh itu. Tampak manis dan sedap di pandang mata, meski dandanannya biasa saja. Suaranya merdu halus medayu. Setiap
dia mulai menyanyi menghibur para pengunjung, selalu mengundang decak
kagum dan keheningan di tengah hiruk pikuk bar. Semacam mantra yang
dilantunkan, lagu-lagu Sisi menghipnotis seluruh pendengarnya untuk
mendengarkan secara seksama.
Topik dalam wacana di atas terletak pada kalimat : suaranya merdu halus mendayu (Topik persona)
Wacana 10 :
Tidak
sama seperti penyanyi-penyanyi lain teman sisi, yang hanya pandai
menjual goyangan dan mendatangkan suitan panjang penonton, tanda birahi
bangkit, mengharap si penyanyi segera turun dan mengadakan transaksi. Meski begitu, tak jarang sisi juga didekati beberapa lelaki yang mengajaknya berkencan.
Topik
dalam wacana di atas terletak pada kalimat : Meski begitu, tak jarang
sisi juga didekati beberapa lelaki yang mengajaknya berkencan. (Topik
persona)
Wacana 11 :
Tentu saja permintaan itu tak pernah diladeninya. Bukan karena takut citranya tercoreng, karena di zaman sekarang ini siapa yang butuh citra bukan juga karena ia tak butuh uang tambahan. Sebagai janda beranak satu yang masih harus mengurus ibunya yang sakit-sakitan tentu membutuhkan banyak biaya.
Topik dalam wacana di atas terletak pada frase : permintaan itu tak pernah diladeninya. (Topik persona)
Wacana 12 :
Sisi tak bisa meladeni permintaan para lelaki itu, ya, karena memang hati nuraninya tak pernah mengizinkannya. Meski
nafsu birahi selalu datang seireing dengan aliran darahnya yang
terisiluapan alkohol dan rabaan lelaki hidung belang. Sisi selalu
menepisnya dengan benteng yang sangat kuat. Bukan karena iman atau
keyakinannya. Tetapi karena sebuah trauma yang pernah menghentak hidupnya, 8 tahun lalu.
Topik dalam wacana di atas terletak pada frase : ...karena sebuah trauma...(Topik nonpersona)
Wacana 13 :
“Sis... sudah waktunya menyanyi tuh...dari tadi melamun apa sih...,” sikut Lala sambil duduk di kursi tingi sebelah Sisi.
Topik dalam wacana di atas terletak pada frase : ...sudah waktunya menyanyi tuh...” (Topik nonpersona)
Wacana 14 :
Sisi lalu melangkah, menuju panggung. Diambilnya
mike dan segeralah alunan merdu sayu dari hatinya mengalir memenuhi
altar bar, merembes ke lantai pengunjung, ke lantai ruang duduk, ke
sudut-sudut ruangan yang pengap itu, ke segala penjuru gedung di lantai
enak itu, dan akhirnya memenuhi seluruh bangunan berlantai tiga puluh
itu.
Topik dalam wacana di atas terletak pada frase : ...segeralah alunan merdu sayu dari hatinya mengalir...(topik nonpersona)
Wacana 15:
Kesedihan yang dilantunkannya lewat tembang-tembang lama meruntuhkan perasaan berbagi macam manusia. Mendayu, sayu, dan nyaris tanpa pengharapan.
Cermin dari hidup Sisi bertahun-tahu terbengkalai di sudut kota ini.
Topik
dalam wacana di atas terletak pada kalimat : cermin dari hidup Sisi
bertahun-tahun terbengkalai di sudut kota ini. (Topik persona)
Wacana 16 :
“Pram,
semoga hidupmu bahagia entah di ujung dunia sebelah mana , setelah kau
telantarkan aku waktu itu...” begitu selalu bisik Sisi sebelum dan
sesudah menyanyi.
Topik dalam wacana di atas terletak pada frase : ...semoga hidupmu bahagia.....(Topik persona)
Wacana 17 :
Seluruh lagunya ditujukan bagi laki-laki bernama Pramudya itu. Yang telah memberinya teman hidup, seorang bocah mungil yang kini berusia 7,5 tahun. Cintanya tetap hidup bagi Pram, meski cinta tersebut tumbuh bersama sebongkah dendang dan bebatua sesal yang mengganjal.
Cintanya tetap suci dan putih, meski terkadang hitam berkerak.
Topik dalam wacana di atas terletak pada frase : Cintanya tetap hidup bagi Pram,... (Topik persona)
Wacana 18 :
Tapi sekalipun Sisi tak pernah berpaling. Demi Pram dan Bintang, anak semata wayangnya.
Topik dalam wacana di atas terletak pada kalimat : Tapi sekalipun Sisi tak pernah berpaling. (Topik persona)
Wacana 19 :
“Nduk, cobalah pikirkan lagi lamaran si Burhan itu. Dia
lelaki yang baik dan hidupnya mapan meski usianya sudah kepala empat,”
bujuk ibu Sisi suatu kali atau “Sisi, malam ini Pak Warsito, bos pabrik
kayu itu mau menemuimu di room 734. Dandan yang rapi ya, dia kan banyak duit. Ayolah
jangan bodoh seperti kemarin itu. Menyia-nyiakan kesempatan,” rayu Lala
atau, “Non, parfum anda sama seperti mendiang istri saya, waja dan
suara anda juga mirip. Bagaimana
kalau malam ini izinkan saya menikmati suara anda hanya khusus buat
saya, di rumah saya? Siapa tahu kita cocok dan berjodoh,” gombal seorang
lelaki yang mengaku duda. Atau, “Mbak, malam ini cantik banget deh...bissa jalan sama aku nggak malam ini? hanya ke mal atau ulang tahun teman. Setelah itu kita bikin party sendiri deh...” bisik seorang anak muda tampan di telinga Sisi. Atu “ Neng...berapa tarifmu buat long time? Kayaknya kamu asik juga, klasik begitu biasanya justru mengundang nafsu...” dengus seorang lelaki berbau alkohol.
Beragam godaan telah tumpul di otak Sisi. Dari
rayuan maut duda dan bujang tua untuk mengawininya, hingga pria hidung
belang yang mengajaknya bercinta semalam, juga pemuda bau kencur yang
terpana melihat kecantikannya. Semua sia-sia di hadapan Sisi. Semua luruh tanpa guna. Tempaytna berkerja sekarang inilah yang mengkondisikan ia di tempa dengan banyak godaan. Bukan keinginan Sisi untuk bekerja sebagai penyanyi bar. Tapi tak ada pilihan lain waktu itu. Kemampuannya hanya menyanyi, selain mencinta. Ijazah ia tak punya.
Topik dalam wacana di atas terletak pada kalimat : Beragam godaan telah tumpul di otak Sisi. (Topik persona)
Wacana 20 :
“Malem
Sisi...duh, cantik bener hari ini...dan parfummu...wuihhh bikin aku deg
deg an deh,” goda Pak Manager Bar tempat Sisi bekerja.
Dan seperti biasa, Sisi hanya mengangguk sambil menebarkan anggun lewat senyum monalisanya.
“Oh
ya Sis...tadi siang aku telah bertemu dengan seorang produser studio
rekaman yang telah lama mengicar suaramu untuk direkam,” ujar Pak
Manager bersemangat.
“Dan atasannya yang akan langsung datang dari Jakarta hendak menemuimu malam ini. nyanyilah seagus mungin malam ini. supaya Bos Studio Rekaman itu benar-benar tertarik dengan suaramu dan hendak merekamnya. Siapa tahu kau jadi artis tenar nanti..hehehe..,” lanjut Pak Manager.
Topik
dalam wacana di atas terletak pada kalima : “Oh ya Sis...tadi siang aku
bertemu denga seorang produser studio rekaman yang telah lama mengincar
suaramu untuk direkam.” (Topik persona)
Wacana 21 :
Sisi tak langsdung menanggapi. Pikirannya masih nglambrang, terbius 4 sloki Tequila, traktiran teman Lala yang juga kecewa tak berhasil menyeretnya ke kamar.
Topik dalam wacana di atas terletak pada kalimat ¨Sisi ak langsung menanggapi. (Topik persona)
Wacana 22 :
Rekaman? Ah, andaikata itu benar-benar terjadi, ia akan mempersembahkannya untuk Pram dan Bintang, juga ibunya. Sebagai
penyanyi yang telah malang melintang di sejumlah bar dan klub malam,
tentu tawaran rekaman adalah sesuatu yang dirindukan.
Topik dalam wacana di atas terletak pada frase :...rekaman adalah sesuatu yang dirindukan. (Topik nonpersona)
Wacana 23 :
Sisi terdiam seperti biasa. Hanya
bibirnya mengumam,”Pram, semoga hidupmu bahagia entah di ujung dunia
sebelah mana...setelah kau telantarkan aku waktu itu...,” cintanya
bergaung ditengah kebisingan.
Topik dalam wacana di atas terletak pada kalimat : Sisi terdiam seperti biasa (Topik persona)
Wacana 24 :
Malam bertambah tua. Lagu demi lagu mengalun, mengalirkan lagi kesedihan demi kesedihan. Luka demi luka. Bagi pintu yang berderit-derit, seonggok kenangan lama yang teramat pahit itu tiba-tiba terbuka. Mengalirkan darah segar memancar..mengenangi seluruh lantai tempat orang berdiri.
Topik
dalam wacana di atas terletak pada kalimat : Lagu demi lagu mengalun,
mengalirkan lagi kesedihan demi kesedihan. (Topik nonpersona)
Wacana 25 :
Ketika
itu Sisi hampir saja pingsan ketika tatapan matanya bertumbukan dengan
sepasang mata elang milik Pram. Dan jabat tangan Pram di belaang
panggung bar benar-benar membuat Sisi limbung. Ternyata
bos produser rekaman itu adalah Pramudya, lelak yang telah
meninggalkannya bertahun-tahun lalu, saat di perutnya tumbuh janin
berusia 3 bulan.
Topik
dalam wacana di atas terletak pada kalimat : ketika itu Sisi hampir
pingsan ketika tatapan matanya bertumbukan dengan sepasang mata elang
milik Pram. (Topik Persona)
Wacana 26 :
“Apa
kabar Sisi... aku benar-benar tak menyangka bahwa kaulah penyanyi yang
di incar talent hunter ku,” gemetaran Pram membuka percakapan
Sisi tak kuasa untuk menjawab, pikirannya sungguh kacau. Antara percaya dan tidak bahwa ini adalah kenyataan.
Topik
dalam wacana di atas terletak pada kalimat : aku benar-benar tak
menyangka bahwa kaulah penyanyi yang diincar telent hunter ku. (topik
persona)
Wacana 27
Pram menarik tanga Sisi, menjauhi Pak Manager Bar dan Tallent Hunter yang sepertinya mengerti keadaan itu.
“Sisi... maafkan aku, sungguh aku tak bermaksud menelantarkanmu saat itu. Aku
hanya menuruti orang tuaku untuk menjauhimu, karena perbedaan agama
kita,” bisik Pram sambil menggenggam tangan Sisi yang seketika dingin
berkeringat.
Topik
dalam wacana di atas terletak pada kalimat : aku hanya menuruti
perintah orang tuaku untuk menjauhimu karena perbedaan agama kita.
(topik persona)
Wacana 28 :
“Sisi... katakan pada ku, apakaha jenis kelamin bayi yang kau kandung waktu itu? Siapakah namanya? Apakah mirip dengan ku? Cecar Pram sembil mendengus-dengus, napasnya berbau bir.
Topik dalam wacana di atas terletak pada frase : apakah jenis kelamin bayi yang kau kandung saat itu? (topik persona)
Wacana 29 :
Sisi benar-benar ling-lung, tak kuasa dia menjawab.
Batinnya berkecamuk “enak saja kau berdalih demi anjuran orang tua untuk menjauhi ku, sementara aku hampir gila menanggung malu. Hampir mati ketika melahirkan bayi mu, dan hinga kini menghidupinya seorang diri.”
Topik dalam wacana di atas terletak pada kalimat : Sisi benarbenar linglung, tak kuasa dia menjawab (topik persona)
Wacana 30:
Malam berubah menjadi hening dan sepi. Debar jantung Sisi berpadu dengan debar jantung Pram di pelukan mereka yang bisu.
Topik
dalam wacana di atas terletak pada kalimat : debar jantung Sisi berpadu
denga n debar jantung Pram di pelukan mereka yang bisu. (topik persona)
Wacana 31
“Jawablah Sisi...anak kita lelaki atau perempuan?”
“Kenapa?” tanya Sisi hampir tak kedengaran
“Ya,
sebelumnya aku minta maaf, tapi terus terang aku kini telah menikah dan
punya 4 orang anak, dua kali istriku melahirkan bayi kembar, dan mereka
perempuan semua,” aku Pram.
Topik dalam wacana di atas terletak pada kalimat : aku kini telah menikah. (Topik persona)
Wacana 32
Sisi tertawa kecil, mentertawakan cintanya. Sia-sia saja selama ini ia masih memelihara cinta yang tulus bagi seorang Pram. Sia-sia saja dia bercerita kepada Bintang tentang ayahnya yang hebat dan sedang pergi berkeliling dunia dengan kapal pesiar. Sia-sia saja ia menyebut nama Pram setiap hendak bernyanyi atau beraktifitas lainnya. Sia-sia saja ia menolak dan menampik lamaran atau pun tawaran iseng para lelaki untuk bercinta
Airmatanya meleleh. Dengan sigap Pram menyapunya sambil kembali bertanya apa jenis kelamin anak mereka.
Topik
dalam wacana di atas terletak pada frase : sia-sia saja selama ini ia
masih memelihara cinta yang tulus bagi seorang Pram. (topik persona)
Wacana 33 :
“Maaf Pram, aku menggugurkan anak kita. Aku tak pernah melahirkan anak mu.”
Dengankelegaan yang luar biasa Sisi melihat mata lelaki di hadapannya itu kecewa.
Topik dalam wacana di atas terletak pada Frase : aku menggugurkan anak kita. (Topik persona)
Wacana 34 :
Malam semakin pekat, langkah Sisi menuju pulang begitu tergesa. Ingin segera disampaikannya berita pada Bintang, anak lelaki yang segala sesuatunya mirip dengan ayahnya. Bahwa baru saja ia menerima berita, ayahnya meninggal di perjalanan kapal.
Topik dalam wacana di atas terletak pada frase : ahanya meninggal di perjalanan kapal. (topik persona)
HASIL
Melalui analisis di atas, dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
Jenis wacana cerpen “Jenis Kelamin” karya Shantined :
1. Menurut sarana penyampaiannya : wacana tulis
2. Menurut bentuk penyampaiannya : wacana prosa
3. Menurut peranan penutur dan mitra tuturnya : wacana dialog
4. Menurut pengemasan materi yang disampaikannya : wacana narasi
5. Menurut strukturnya : wacana kompleks
Jenis topik wacana dalam cerpen “Jenis Kelamin” karya Shantined
Karena
cerpen “Jenis Kelamin” merupakan wacana kompleks, maka di dalam cerpen
tersebut terbagi lagi menjadi 34 wacana dasar dengan jenis topik wacana
sebagai berikut :
Topik
persona : wacana 3, wacana 4, wacana 5, wacana 8, wacana 9, wacana10,
wacana11, wacana15, wacana16, wacana 17, wacana18, wacana19, wacana20,
wacana21, wacana23, wacana25, wacana26, wacana27, wacana28, wacana29,
wacana30, wacana31, wacana32, wacana33 dan wacana34.
Topik non persona : wacana1, wacana2, wacana6, wacana7, wacana12, wacana13, wacana14, wacana22 dan wacana24.
SIMPULAN
Cerpen
“Jenis Kelamin” karya Shantined diketahui merupakan jenis wacana
tertulis menurut sarana penyampaiannya, wacana prosa menurut bentuk
penyampaiannya, wacana dialog menurut peranan penutur dan mitra
tuturnya, wacana narasi menurut penyampaian materinya dan wacana
kompleks menurut strukturnya.
Ada
25 wacana dasar dalam cerpen “Jenis Kelamin karya Shantined yang
memiliki topik persona dan 9 wacana dasar memiliki topik nonpersona.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Hartono, Bambang. 2000. Kajian Wacana Bahasa Indonesia, Semarang:Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode, Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
LAMPIRAN
JENIS KELAMIN
Karya : Shantined
Sekotak permen telah tumpah di lantai. Warna-warni pembungkusnya memancarkan kilat lampu. Wangi parfum perempuan itu juga memancar ke segala penjuru ruang.
Keharuman Bvulgari, asli dari Prancis menari-nari di setiap pucuk hidung yang menghirupnya. Ruang dansa telah ramai. Beberapa
pasangan tampak asik melantai. Beberapa di antaranya tampak sangat
mesra berpelukan, berciuman bahkan meraba-raba tubuh pasangannya. Mungkin mereka mabuk, terlalu banyak minum bir atau sebangsanya.
“Boleh kutemani duduk, Nona?” sapa seorang lelaki berpakaian perlente. Dan perempuan itu mengangguk, sambil terus menerus mengaduk-aduk segelas gin tonic di hadapannya.
“Wah... anda harum sekali, parfum anda apa?” goda lelaki itu.
Hanya dengan senyuman, perempuan itu menjawab, lalusebatang rokok dinyalakannya.
Pikirannya melayang. Tidak mabuk, hanya agak melayang. Menggapai-gapai sesuatu. Mungkin itu adalah keinginan yang tersembunyi. Atau sekadar metafora dari bayangan-bayangan semu yang selama ini menggodanya.
“Tambah lagi minumnya?” tawar lelaki itu menyadarkan lamunan Sisi.
Terimakasih, tidak usah, ini sudah gelas ketiga,” jawab Sisi seadanya.
Lelaki itu kemal memandangi Sisi, dari ujung kepala hinga kaki. Mungkin dia heran dengan penampilan Sisi. Tidak selayaknya penyanyi bar yang mengenakan pakaian seksi dan penuh gemerlap payet-payet. Perempuan itu selalu berpakaian biasa, hem lengan pendek dipadu dengan rok mini atau celana jeans ketat. Tidak memakai kalung atu gelang bergemerincingan, tidak memakai stocking dan sepatu junggle berhak 12 cm. Dan tidak memakai make up tebal seperti dempul berwarna-warni.
Sisi seperti bidadari yang terlempar dari surga ke tempat kumuh itu. Tampak manis dan sedap di pandang mata, meski dandanannya biasa saja. Suaranya merdu halus medayu. Setiap
dia mulai menyanyi menghibur para pengunjung, selalu mengundang decak
kagum dan keheningan di tengah hiruk pikuk bar. Semacam mantra yang
dilantunkan, lagu-lagu Sisi menghipnotis seluruh pendengarnya untuk
mendengarkan secara seksama.
Tidak
sama seperti penyanyi-penyanyi lain teman sisi, yang hanya pandai
menjual goyangan dan mendatangkan suitan panjang penonton, tanda birahi
bangkit, mengharap si penyanyi segera turun dan mengadakan transaksi. Meski begitu, tak jarang sisi juga didekati beberapa lelaki yang mengajaknya berkencan
Tentu saja permintaan itu tak pernah diladeninya. Bukan karena takut citranya tercoreng, karena di zaman sekarang ini siapa yang butuh citra bukan juga karena ia tak butuh uang tambahan. Sebagai janda beranak satu yang masih harus mengurus ibunya yang sakit-sakitan tentu membutuhkan banyak biaya.
Sisi tak bisa meladeni permintaan para lelaki itu, ya, karena memang hati nuraninya tak pernah mengizinkannya. Meski
nafsu birahi selalu datang seireing dengan aliran darahnya yang
terisiluapan alkohol dan rabaan lelaki hidung belang. Sisi selalu
menepisnya dengan benteng yang sangat kuat. Bukan karena iman atau
keyakinannya. Tetapi karena sebuah trauma yang pernah menghentak hidupnya, 8 tahun lalu.
“Sis... sudah waktunya menyanyi tuh...dari tadi melamun apa sih...,” sikut Lala sambil duduk di kursi tingi sebelah Sisi.
Sisi lalu melangkah, menuju panggung. Diambilnya
mike dan segeralah alunan merdu sayu dari hatinya mengalir memenuhi
altar bar, merembes ke lantai pengunjung, ke lantai ruang duduk, ke
sudut-sudut ruangan yang pengap itu, ke segala penjuru gedung di lantai
enak itu, dan akhirnya memenuhi seluruh bangunan berlantai tiga puluh
itu.
Kesedihan yang dilantunkannya lewat tembang-tembang lama meruntuhkan perasaan berbagi macam manusia. Mendayu, sayu, dan nyaris tanpa pengharapan.
Cermin dari hidup Sisi bertahun-tahu terbengkalai di sudut kota ini.
“Pram,
semoga hidupmu bahagia entah di ujung dunia sebelah mana , setelah kau
telantarkan aku waktu itu...” begitu selalu bisik Sisi sebelum dan
sesudah menyanyi.
Seluruh lagunya ditujukan bagi laki-laki bernama Pramudya itu. Yang telah memberinya teman hidup, seorang bocah mungil yang kini berusia 7,5 tahun. Cintanya tetap hidup bagi Pram, meski cinta tersebut tumbuh bersama sebongkah dendang dan bebatua sesal yang mengganjal.
Cintanya tetap suci dan putih, meski terkadang hitam berkerak.
Tapi sekalipun Sisi tak pernah berpaling. Demi Pram dan Bintang, anak semata wayangnya.
“Nduk, cobalah pikirkan lagi lamaran si Burhan itu. Dia
lelaki yang baik dan hidupnya mapan meski usianya sudah kepala empat,”
bujuk ibu Sisi suatu kali atau “Sisi, malam ini Pak Warsito, bos pabrik
kayu itu mau menemuimu di room 734. Dandan yang rapi ya, dia kan banyak duit. Ayolah
jangan bodoh seperti kemarin itu. Menyia-nyiakan kesempatan,” rayu Lala
atau, “Non, parfum anda sama seperti mendiang istri saya, waja dan
suara anda juga mirip. Bagaimana
kalau malam ini izinkan saya menikmati suara anda hanya khusus buat
saya, di rumah saya? Siapa tahu kita cocok dan berjodoh,” gombal seorang
lelaki yang mengaku duda. Atau, “Mbak, malam ini cantik banget deh...bissa jalan sama aku nggak malam ini? hanya ke mal atau ulang tahun teman. Setelah itu kita bikin party sendiri deh...” bisik seorang anak muda tampan di telinga Sisi. Atu “ Neng...berapa tarifmu buat long time? Kayaknya kamu asik juga, klasik begitu biasanya justru mengundang nafsu...” dengus seorang lelaki berbau alkohol.
Beragam godaan telah tumpul di otak Sisi. Dari
rayuan maut duda dan bujang tua untuk mengawininya, hingga pria hidung
belang yang mengajaknya bercinta semalam, juga pemuda bau kencur yang
terpana melihat kecantikannya. Semua sia-sia di hadapan Sisi. Semua luruh tanpa guna. Tempaytna berkerja sekarang inilah yang mengkondisikan ia di tempa dengan banyak godaan. Bukan keinginan Sisi untuk bekerja sebagai penyanyi bar. Tapi tak ada pilihan lain waktu itu. Kemampuannya hanya menyanyi, selain mencinta. Ijazah ia tak punya.
“Malem
Sisi...duh, cantik bener hari ini...dan parfummu...wuihhh bikin aku deg
deg an deh,” goda Pak Manager Bar tempat Sisi bekerja.
“Oh
ya Sis...tadi siang aku telah bertemu dengan seorang produser studio
rekaman yang telah lama mengicar suaramu untuk direkam,” ujar Pak
Manager bersemangat.
“Dan atasannya yang akan langsung datang dari Jakarta hendak menemuimu malam ini. nyanyilah seagus mungin malam ini. supaya Bos Studio Rekaman itu benar-benar tertarik dengan suaramu dan hendak merekamnya. Siapa tahu kau jadi artis tenar nanti..hehehe..,” lanjut Pak Manager.
Sisi tak langsdung menanggapi. Pikirannya masih nglambrang, terbius 4 sloki Tequila, traktiran teman Lala yang juga kecewa tak berhasil menyeretnya ke kamar.
Rekaman? Ah, andaikata itu benar-benar terjadi, ia akan mempersembahkannya untuk Pram dan Bintang, juga ibunya. Sebagai
penyanyi yang telah malang melintang di sejumlah bar dan klub malam,
tentu tawaran rekaman adalah sesuatu yang dirindukan.
Sisi terdiam seperti biasa. Hanya
bibirnya mengumam,”Pram, semoga hidupmu bahagia entah di ujung dunia
sebelah mana...setelah kau telantarkan aku waktu itu...,” cintanya
bergaung ditengah kebisingan.
Malam bertambah tua. Lagu demi lagu mengalun, mengalirkan lagi kesedihan demi kesedihan. Luka demi luka. Bagi pintu yang berderit-derit, seonggok kenangan lama yang teramat pahit itu tiba-tiba terbuka. Mengalirkan darah segar memancar..mengenangi seluruh lantai tempat orang berdiri.
Ketika
itu Sisi hampir saja pingsan ketika tatapan matanya bertumbukan dengan
sepasang mata elang milik Pram. Dan jabat tangan Pram di belaang
panggung bar benar-benar membuat Sisi limbung. Ternyata
bos produser rekaman itu adalah Pramudya, lelak yang telah
meninggalkannya bertahun-tahun lalu, saat di perutnya tumbuh janin
berusia 3 bulan.
“Apa
kabar Sisi... aku benar-benar tak menyangka bahwa kaulah penyanyi yang
di incar talent hunter ku,” gemetaran Pram membuka percakapan
Sisi tak kuasa untuk menjawab, pikirannya sungguh kacau. Antara percaya dan tidak bahwa ini adalah kenyataan.
Pram menarik tanga Sisi, menjauhi Pak Manager Bar dan Tallent Hunter yang sepertinya mengerti keadaan itu.
“Sisi... maafkan aku, sungguh aku tak bermaksud menelantarkanmu saat itu. Aku
hanya menuruti orang tuaku untuk menjauhimu, karena perbedaan agama
kita,” bisik Pram sambil menggenggam tangan Sisi yang seketika dingin
berkeringat.
“Sisi... katakan pada ku, apakaha jenis kelamin bayi yang kau kandung waktu itu? Siapakah namanya? Apakah mirip dengan ku? Cecar Pram sembil mendengus-dengus, napasnya berbau bir.
Sisi benar-benar ling-lung, tak kuasa dia menjawab.
Batinnya berkecamuk “enak saja kau berdalih demi anjuran orang tua untuk menjauhi ku, sementara aku hampir gila menanggung malu. Hampir mati ketika melahirkan bayi mu, dan hinga kini menghidupinya seorang diri.”
Malam berubah menjadi hening dan sepi. Debar jantung Sisi berpadu dengan debar jantung Pram di pelukan mereka yang bisu.
“Jawablah Sisi...anak kita lelaki atau perempuan?”
“Kenapa?” tanya Sisi hampir tak kedengaran
“Ya,
sebelumnya aku minta maaf, tapi terus terang aku kini telah menikah dan
punya 4 orang anak, dua kali istriku melahirkan bayi kembar, dan mereka
perempuan semua,” aku Pram.
Sisi tertawa kecil, mentertawakan cintanya. Sia-sia saja selama ini ia masih memelihara cinta yang tulus bagi seorang Pram. Sia-sia saja dia bercerita kepada Bintang tentang ayahnya yang hebat dan sedang pergi berkeliling dunia dengan kapal pesiar. Sia-sia saja ia menyebut nama Pram setiap hendak bernyanyi atau beraktifitas lainnya. Sia-sia saja ia menolak dan menampik lamaran atau pun tawaran iseng para lelaki untuk bercinta
Airmatanya meleleh. Dengan sigap Pram menyapunya sambil kembali bertanya apa jenis kelamin anak mereka.
“Maaf Pram, aku menggugurkan anak kita. Aku tak pernah melahirkan anak mu.”
Dengankelegaan yang luar biasa Sisi melihat mata lelaki di hadapannya itu kecewa.
Malam semakin pekat, langkah Sisi menuju pulang begitu tergesa. Ingin segera disampaikannya berita pada Bintang, anak lelaki yang segala sesuatunya mirip dengan ayahnya. Bahwa baru saja ia menerima berita, ayahnya meninggal di perjalanan kapal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar