02 Agustus 2025

Sua

Agustus 02, 2025 0
Kita sama pejalan telanjang
Di desak baris luas padang
Kau tatap aku, kau kupandang
Terang, terang, di bawah surya sekilan

Di mana kepalamu?
Di sana, kudapati kepala ular, kepala babi
Apa isi kepalamu?
Mulutmu, aahh......
Menganga, lidah menjalar liar
Lendir menetes dari ketinggian gigi taring
Apa yang kau bicarakan?
Dan buncit perutmu membundar
Lambung, hati, dan ususmu bengkak membesar
Apakah makananmu?
Tangan dan kaki tiada
Kitalah mayat yang bangkit bernyawa
Melangkah kita, menyeret-menyeret wajah
"Bukankah Ia mampu menjadikannya?"

Kita ini sama si pejalan
Muda-mudi meruah satu kumpulan
Kau telanjang, aku telanjang
Kutelusuri kau, tengkukmu, dadamu, perutmu, kakimu
Hasrat dibakar bara ketakutan
Habis syahwat ditelan kehawatiran
Di depan menanti perhitungan maha dalam
Kau menghilang
Di pukul gelegar palu penghakiman
Begitu mengancam
Begitu mencekam

Surya kian besar
Kulit dipanggang jadi pancuran
Keringat deras menggenang
Di mata kaki, di pinggang
Banjir keringat setinggi kerongkongan
Kita tenggelam

Sementara siang kian nanar
Berpendar caya membakar
Makin putih ini tanah datar
Kita mengering, dada bergeletar gelepar
Kaku mengaku di persuaan akbar

10, 15, 20 Juli 2025

30 Juli 2025

Lelaki di Relung Malam

Juli 30, 2025 0
Hai kau, malam
Jangan kau sering-sering datang
Gelasmu kosong, dipenuhi renungan
Detik melambat, dibeban penantian

Di beku udara kau tebar
Kerabut resah pendebar
Sendirinya aku dan langit kamar
Kupergelap, kutawar-tawar

Sementara subuh terlambat datang
Jelang pagi meninggi mengancam
Aku bangun, berdiri, meradang
Usir takut dan gelisah mengalang
Tapi diam-diam kau peluk aku di belakang
Sambil kau buai, kau timang-timang
Hatiku rapuh, dikerikiti bimbang
Kau gadis bertudung cuaca siang
Dan sore selalu buru-buru tenggelam

Kembali datang, kau sunyi perayu
Adamu rona-rona malam sayu
Si penggoda, pemupuk bunga ragu
Lena aku pada dalamnya relungmu

Malang, 29-30 Juli 2025

08 Juli 2025

Pergi

Juli 08, 2025 0
Aku ingin pergi
Untuk apa berdebu berlumut di sini
Bagai batu-batu buncit di pinggiran kali
Hampa, berdiam diri
Aku tak punya arti

Aku ingin pergi
Ke ruang aku menjadi
Dilambung kertas puisi
Atau dijunjung bunyi-bunyi
Namaku bernyanyi
Ronaku menari
Aku hanyut di mimpi
Maka kemana lagi
Kulangkah ini kaki
Ke sudut-sudut negeri
Atau memang akan henti
?

Malang, 8 Juli 2025

16 Juni 2025

Akal Sehat

Juni 16, 2025 0
Kepalaku ribut
Pasar becek, bau amis, bawang, dan sayur busuk
Atau simpang empat tengah kota, asap knalpot, udara panas, saling rebut
Atau ruang sidang para dewan, adu pendapat, adu perut

Tapi kepalaku ribut
Kucari diriku, di tengah hingar-bingar kepalaku sendiri
Mana? Aku tiada
Kepalaku isinya orang-orang gila
Orang-orang asing, entah siapa
Omong banyak, sampai serak
Teriak, hingga matanya terbelalak
Berdesak, lidah-lidah bersilat

Aku tersesat,
Di belantara rimba lembat
Di tengah hiruk pikuk tukang debat
Aku tenggelam,
Di relung laut dalam
Di badai awang-awang
Aku menghilang,
Di mana aku mengawang
Sadarku bayang-bayang
Pada ruang alam pikiran

Penuh, kepalaku
Aku ingin istirahat
Jenuh, pikiranku
Kapan ini terlewat
Kucari aku yang sadar
Agar kudengar suara-suara yang masuk akal
Karena mereka para penjilat, berbicara di kepalaku seenak jidat
Kucari aku yang waras
Tolong aku yang hanyut di riam deras
Sehat, sehat. Akal dan hidupku selamat
Kuat, kuat. Orang-orang gila itu cuma sesaat.
Pulang, pulanglah. Kau, aku yang terang.

Malang, 16 Jun 2025

12 Juni 2025

Puisi si Burung Enggang

Juni 12, 2025 0
Aku si burung enggang
Merajai udara, melayang-layang
Kalau musuh menyerang
Aku siap menerjang
Di pagi menjelang
Sayapku melebar terbang
Di pucuk-pucuk riang
Di buah-buah matang

Aku si burung enggang
Tak takut pada terang
Meninggi caya siang
Turut aku menantang
Sampai sore dibenam
Angin antar aku pulang
Di bawah rimba menjulang
Di atas gemantung bintang

Ketika senja datang
Aku tafakur dalam sarang
Musim dan cuaca adalah kawan
Kami semua berikatan
Seluruhnya menyatu ruang
Di rimba raya yang menghidupkan
Kami lelap dilindung malam
Mimpi kami berkaitan

Aku si burung enggang
Pewaris arwah hutan
Nyawaku pohon berdahan
Jiwaku sungai riam
Jika ada yang melawan
Meribut, menghalau tenang
Merusak, menghabis senang
Ruh kami kan meredang
Rimba raya bersiap bersiaga
Tanah dan batu bersekutu
Air dan udara bergelora
Kayu dan api bersaksi
Kami lawan besi dan baja itu
Kami cabik surat-surat kosong itu
Kami bakar nyanyian para penipu
Berlesatan kami dari tiap sarang yang tumbang
Menjadi anak panah, ujung tombak, atau mata parang
Awas, kami bukan sekadar ancaman
Akan datang gelombang pembalasan

Karena aku si burung enggang
Dirahim rimba aku dieram
Kalau hutan hanya kenangan
Maka aku lah jauh terbang
Tak beda lagi pagi dan petang
Tak hirau lagi daun-buah matang
Di mana lagi aku terbilang
Siapa sadari aku menghilang

Aku si burung enggang
Puisiku kepak sayap bayang-bayang
Berlalu aku, ranting berpatahan
Berlaku aku, dipeluk pohonan

Malang, 12 Juni 2025

06 Juni 2025

Kepada Luna

Juni 06, 2025 0
Na,
Dunia ribut sekali
Tutupkan telingaku
Ciptakan ruang bisu
Kudengar suaramu
Yang merayu, yang melagu

Na,
Dunia ramai sekali
Tutupkan mataku
Bawakan bayang semu
Kutatap wajahmu
Yang teduh, yang merindu

Na,
Dunia busuk sekali
Tutupkan hidungku
Embus udara haru
Kuresapi nafasmu
Yang melenguh, yang menderu

Na,
Dunia keji sekali
Tutupkan mulutku
Sampaikan getar kelu
Kukucup senyummu
Yang merasuk, yang mencumbu

Na,
Dunia perih sekali
Tutupkan tubuhku
Berikan peluk paling kaku
Kuselami dirimu
Yang utuh, yang teguh

Malang, 6 Juni 2025
Toko Buku LNTRA
Hak Cipta Isi © Amry Rasyadany. Diberdayakan oleh Blogger.