06 April 2025

[Kematian Itu]

April 06, 2025 0
Sungguh
Kematian itu makhluk suka-suka
Suatu ketika dia terasa akan tiba
Tapi rupanya hidup terus ada
Suatu ketika yang lain, dia seakan masih lama
Tapi tiba-tiba datang tanpa aba-aba

Semarang, 6 April 2025

24 Maret 2025

Tentang Babi

Maret 24, 2025 0


Terus kenapa?
Kalau ada kepala babi di atas meja kerja kita
Apa tiba-tiba kita kaya raya?
Tanah dan air jadi lebih murah dan mudah untuk dipunya?
Rupanya kita tetap jadi budak
Di atas bumi tempat lahir dan berpijak

Terus kenapa?
Kalau ada kepala babi di genggaman tangan kita
Apa udara jadi penuh dengan warta gembira?
Manusia jadi bina-membina?
Lihat, sampah sudah menumpuk hingga tulang leher
Loteng-loteng jadi sarang tikus-tikus teler

Terus kenapa?
Kalau ada kepala babi bersembunyi di balik tudung nasi
Kitakan biasa makan babi tiap hari?
Nasi babi, telur babi, sayur babi,
Babi organik dari kebun yang tak dimiliki petani
Hingga babi instan tiga ribuan yang nirgizi

Terus kenapa?
Kalau bingkisan kepala babi dikirim pada kita
Barangkali itu sekadar parsel hari raya
Sama, seperti kantor-kantor dan ruang rapat mereka
Yang juga penuh kepala babi tukang foya-foya
Menari babi, menggoyang istana

Malang, 24 Maret 2025

18 Maret 2025

Daripada Penyair

Maret 18, 2025 0


Daripada jadi penyair
Lebih baik jadi koruptir
Diam-diam saja sambil pura-pura
Sibuk kerja, sibuk jerih paya
Tau pasti, kantong penuh harta

Daripada jadi penyair
Lebih baik jadi koruptir
Istri lengket makin cinta
Disanjung dibangga keluarga
Anak-anak jadi pembela

Daripada jadi penyair
Lebih baik jadi koruptir
Jangan takut ditangkap kapeka
Jangan takut dipenjara
Buinya cuma kamar bintang lima

Daripada jadi penyair
Lebih baik jadi koruptir
Dikenal orang dipandang-pandang
Nama kita cetak tebal dalam berita
Wajah kita kian tebal di layar kaca

Daripada jadi penyair
Lebih baik jadi koruptir
Jangan peduli didemo mahasiswa
Mereka cuma menang gaya
Diam juga kalau sudah pegang uangnya

Daripada jadi penyair
Lebih baik jadi koruptir
Tiap hari derma depan kamera
Rumah megah saingi istana
Makan malam nasi kucing harga empat ratus juta

Daripada jadi penyair
Lebih baik jadi koruptir
Cari inspirasi di Cina atau Amerika
Naik sepeda keliling eropa, main air di Antartika
Pinjam roket Rusia, gendong gajah Afrika

Daripada jadi penyair
Lebih baik jadi koruptir
Pikiran sibuk isinya uang
Omong kosong bunyinya uang
Tulis buku terbitnya uang

Daripada jadi koruptir
Lebih baik jadi penyair
Kaya kata-kata tak ada yang baca
Tak bisa makan masih bisa suka-suka
Barangkali matinya masuk surga

Malang, 18 Maret 2025

11 Maret 2025

[Sesal]

Maret 11, 2025 0
Belakangan makin sering ia datang
Memeluk punda, mengutuk dalam bisikan
Di tangannya bungkusan kembang
Dengan kelopak biru muda, sejarah yang muram

Tujuh tahun terbilang
Bangku sekolah yang aku buang-buang
Citaku ingin belajar hingga kenyang
Yang kudapat cuma kekosongan
Ke Jakarta kukejar
Yang dikata orang berpijar
Kucampakan, kutinggal
Citaku menyusul asal
Tapi tetap gagal

Sekarang tinggal sendiri
Berkawan sesal sejati
Makin sering ia kemari
Makin lekas usaikan puisi

Malang, 11 Maret 2025

10 Maret 2025

[Hidup yang Dibanggakan]

Maret 10, 2025 0
Para pemabuk membangga-banggakan ketelerannya
Para pengomong membangga-banggakan kebodohannya
Para penjilat membangga-banggakan air liurnya
Para maling membangga-banggakan pencuriannya
Para pendusta membangga-banggakan kebohongannya
Para pembunuh membangga-banggakan kekejiannya
Para pemerkosa membangga-banggakan kemaluannya
Para pezina membangga-banggakan pelacurannya
Para perusak membangga-banggakan kehancurannya
Para kepala membangga-banggakan kebusukannya
Para penjahat membangga-banggakan kebejatannya
Para anjing membangga-banggaka majikannya
Para babi membangga-banggakan kotorannya
Para pendosa membangga-banggakan nerakanya

Malang 10 Maret 2025

Keluh

Maret 10, 2025 0


Segah
Airmu sunyi
Lihai menyelinap di sela-sela ketinting
   dan tongkang batu bara
   dan limbah kaki lima
   dan kayu gelondongan yang ditebang diam-diam
Apa yang orang-orang cari di hulu
Pada silam yang menderu
Atau apa yang dikejar di muara
Pada gairah yang membara

Mimpiku kecil, Segah
Tak pernah membayangkan apa yang mewah-mewah
Tapi tetap payah
Tetap berujung pada entah
Padahal cita-citaku cuma ingin jadi debu
Di batu-batu pinggir sungai bernama hasrat nusia
Sekali hujan tiba, lenyap ia

Segah,
Airmu sunyi
Seperti malam
Seperti bulan yang diam
Tapi aku di sini
Menerka-nerka arti
Aku tenggelam
Muka sungai bisu berkilapan

Malang, 9-10 Maret 2025
Toko Buku LNTRA
Hak Cipta Isi © Amry Rasyadany. Diberdayakan oleh Blogger.