El,
Bukankah kau tau
Tuhan itu satu
Dia mengawasimu
Sejak debu hingga batu-batu
Di kota-kota kau tabur luka-luka
Dalam dada ibu kau semai sendu
Manusia adalah mata paling buta
Di muka kau tebar debu tipu
El,
Kau yang paling sadar bahwa aku tetap diam
Karena aku, penulis sajak, hanya bisa teriak
Lantas bagaimana kata-kataku mengutuk, sementara kutukan tak cukup untuk mengutukmu?
Bagaimana puisiku melaknat, bagi kau yang paling dilaknat
Bagaimana mulutku meludahimu, sementara kau adalah penenggak ludah
Ada segumpal tahi yang ingin kuratakan di wajahmu
Tapi mereka suci, tak mampu menodaimu
Bagaimana kau disebut penjajah, sementara kau bukanlah suatu bangsa
30 Mei 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar