Penulis: Amry Rasyadany
Penerbit: Deepublish
ISBN: 978-623-02-2555-0
Tahun terbit: 2021
Tebal: 185 halaman
Ukuran: 14 cm x 20 cm
(Serat
Kalatidha; R. N. Ronggowarsito)
Kemarau di Sei Lesan adalah judul dari salah satu cerita pendek yang terhimpun dalam buku
ini. Berkisah tentang sekelompok orangutan masa depan yang berhasil bertahan
meski telah dinyatakan punah oleh manusia. Bersamanya saya ceritakan pula
berbagai kisah yang berangkat dari kondisi negeri, masyarakat, alam dan
lingkungan, dan perilaku kita sebagai pemimpin di muka bumi.
Kemarau di Sei Lesan dan 13 cerita lainnya dalam buku ini lahir dari keresahan terhadap
kelangsungan lingkungan hidup, terhadap bumi, terhadap rumah yang tak lagi
ramah, terhadap zaman yang semakin gila. Kemarau terasa semakin menyengat,
air-air menjadi racun, kota-kota semakin liar, manusia berhenti menjadi manusia,
musim hujan menjadi ganas, air menggenang di mana-mana, tanah-tanah longsor
karena kehilangan penyangganya.
Keresahan itu saya
sampaikan dalam berbagai macam bentuk perwakilan, berbagai simbol dan
perumpamaan. Sehingga dunia yang hadir tidak hanya terkurung dalam perspektif
penulis semata. Namun juga dapat melayang-layang bebas seirama dengan daya
khayal para pembaca.
Dengannya saya ingin
menyampaikan bahwa kita tidak sedang baik-baik saja, bumi sedang bersiap
menutup riwayat, kawan-kawan kita sesama makhluk hidup dalam keadaan sekarat,
sedangkan manusia semakin berbahaya dan lupa.
Mungkin kita semua adalah orang lalai, yang abai melihat hutan-hutan terbakar, tanah-tanah berlubang, burung-burung menghilang, sungai-sungai tercemar, manusia-manusia lapar, sehingga tak sungkan memakan daging saudaranya sendiri. Atau mungkin kita tak sepenuhnya lupa, kita berusaha untuk tetap ingat dan waspada, meski pada akhirnya tetap terlena juga. Maka semoga Kemarau di Sei Lesan bisa menjadi penjaga, agar kita selalu berusaha untuk tetap ingat dan waspada.
Dan terimakasih, telah membaca. Semoga kita berbahagia selamanya.
Yogyakarta, Desember 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar