Hai, Segah...
Ibuku dulu pernah cerita
Saat ku kecil
Aku berjalan di bibir mu
Sambil memeluk lampu yang tak menyala
Mengapa tak kau jilat aku?
Segah...
Ingat kau siang itu?
Jumat ketika aku seusianya
Sempat kau kunyah aku
Yang bergantung di sudut kapal
Mengapa kau muntahkan?
Segah...
Malam sebelumnya aku berceloteh tentang jembatan mu
Tempat ku menggila
Tempat aku meracau
Tempat aku mengigau
Tempat ku hampir mati
Mengapa tak kau sedot saja aku?
Segah...
Lihat, betapa manisnya gadis itu
Yang meminta seekor kucing pada ku
Yang belum sempat kucing itu mengeong padanya
Kau telan ia
Lihat, Segah...
Dia hanya gadis kecil yang mengintip malu di balik gorden
Ketika ku mampir kerumahnya
Bercinta dengan kakak perempuan tirinya
Ah.... Lucunya ia....
Segah...
Tolong muntahkan jasadnya
Agar kami bisa memandikan, mengkafani, menyolati, dan menguburkan
Lala, maafkan kakak yang belum sempat ngasih kucingnya
Moga kau tenang di dasar Segah sana....
24 Desember 2011
Segah

tentang penulis (Amry)
Saya lahir dan tumbuh remaja di kota Tanjung Redeb, Kalimantan Timur. Gemar menulis sejak sekolah dasar, dan pelan-pelan berkesenian secara suka-suka. Selain di sini, tulisan saya telah terbit dalam beberapa buku antologi bersama dan empat buku pribadi. Buku saya secara mandiri adalah Malam Spesial (kumpulan cerpen), Antara Langit dan Maratua (novel), Dampamu (kumpulan puisi), dan Kemarau di Sei Lesan (kumpulan cerpen). Karya-karya lainnya tersebar dalam berbagai media dan platform, dapat ditemui dengan kata kunci "Amry Rasyadany". Saya terbuka untuk diskusi, kolaborasi, dan terlibat dalam berbagai kegiatan seni dan sastra yang menyenangkan. Sila hubungi saya via surel arasyadany@yahoo.com.
Sastra
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar